Tampilkan postingan dengan label recommended. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label recommended. Tampilkan semua postingan

27 Februari 2014

Lay down all thoughts, surrender to the void, It is shining, it is shining...

...Namun belum...
Saya belum punya sesuatu untuk dituangkan dalam tulisan atau gambar di blog kesayangan ini, walau ingin. Walau setelah sekian lama. Tapi saya kangen. Jadi, saya ingin berbagi saja beberapa bait puitis dari lagu band idola; The Beatles...

Picture yourself in a boat on a river,
With tangerine trees and marmalade skies
Somebody calls you, you answer quite slowly,
A girl with kaleidoscope eyes.
Cellophane flowers of yellow and green,
Towering over your head.
Look for the girl with the sun in her eyes,
And she's gone.
Lucy in the sky with diamonds.
        ( Lucy In The Sky With Diamonds)

Living is easy with eyes closed, misunderstanding all you see.
It's getting hard to be someone but it all works out, it doesn't matter much to me.
No one I think is in my tree, I mean it must be high or low.
That is you can't you know tune in but it's all right, that is I think it's not too bad.
Let me take you down, 'cause I'm going to Strawberry Fields.
Nothing is real and nothing to get hungabout.
Strawberry Fields forever.
        (Strawberry Fields Forever)

Half of what I say is meaningless
But I say it just to reach you, Julia.
Julia, Julia, ocean child, calls me
So I sing a song of love, Julia
Julia, seashell eyes, windy smile, calls me
So I sing a song of love, Julia.
Her hair of floating sky is shimmering, glimmering,
In the sun.
        (Julia)

Something in the way she moves
Attracts me like no other lover,
Something in the way she woos me.
Somewhere in her smile she knows
That I don't need no other lover.
Something in her style that shows me.
Something in the way she knows
And all I have to do is think of her,
Something in the things she shows me.
        (Something)

Lovely Rita meter maid,
May I inquire discreetly,
When are you free,
To take some tea with me.
Took her out and tried to win her,
Had a laugh and over dinner,
Told her I would really like to see her again,
Oh, lovely Rita meter maid,
Where would I be without you,
Give us a wink and make me think of you.
        (Lovely Rita)

There were bells on a hill
But I never heard them ringing
No I never heard them at all
Till there was you
There were birds in the sky
But I never saw them winging
No I never saw them at all
Till there was you
Then there was music and wonderful roses
They tell me in sweet fragrant meadows of dawn and you
There was love all around
But I never heard it singing
No I never heard it at all
Till there was you
        (Till There Was You)

If I fell in love with you
Would you promise to be true
And help me understand
'cause I've been in love before
And I found that love was more
Than just holding hands.
        (If I Fell)

Here, making each day of the year
Changing my life with the wave of her hand
Nobody can deny that there's something there.
There, running my hands through her hair
Both of us thinking how good it can be
Someone is speaking but she doesn't know he's there.
I want her everywhere and if she's beside me
I know I need never care
But to love her is to need her everywhere
        (Here. There, And Everywhere)

Dear Prudence open up your eyes
Dear Prudence see the sunny skies
The wind is low the birds will sing
that you are part of everything
Dear Prudence let me see you smile
Dear Prudence like a little child
The clouds will be a daisy chain
So let me see you smile again
        (Dear Prudence)

Words are flowing out like endless rain into a paper cup,
They slither while they pass, they slip away across the universe
Pools of sorrow, waves of joy are drifting through my open mind,
Possessing and caressing me.
        (Across The Universe)

Turn off your mind, relax and float down stream,
It is not dying, it is not dying.
Lay down all thoughts, surrender to the void,
It is shining, it is shining.
Yet you may see the meaning of within
It is being, it is being.
Love is all and love is everyone
It is knowing, it is knowing.
And ignorance and hate mourn the dead
It is believing, it is believing.
But listen to the color of your dreams
It is not leaving, it is not leaving.
So play the game "Existence" to the end
Of the beginning, of the beginning.
    (Tomorrow Never Knows)

Semoga mengobati kerinduan. Enjoy!

18 Februari 2013

N O T H I N G


 
Pemimpin2 agama yang wafat umumnya meninggalkan banyak warisan:: ajaran yang menjalar luas melembaga, harta, wilayah kekuasaan, pengaruh besar kehidupan, tempat2 ibadah plus seabreg legenda. Kemasyhuran, kekaguman.

Ketika Yesus meninggal apa yang Dia wariskan? WarisanNya adalah nothing!

Nama baik nggak punya, harta kagak ada… wilayah mana punya? Lembaga boro-boro..  Kekuasaan jelas nggak ada, murid2nya lari ketakutan, pengecut situasionil… ajaranNya dianggap  ngaco dan sesat… Praktis Yesus cuma kaderisasi para murid 3 tahun doank…itupun nggak mulus: Yudas Iskariot politikus (merangkap pedagang) mengkhianati Beliau. Petrus yang sok jago menyangkalNya 3 kali… Thomas budak logika nggak kompak sama murid2 lain…Yesus  Tuhan itu mengalami “kegagalan” sebagai guru.

Pembunuhan berencana terhadap Yesus cukup demokratis (salah satu ciri demokrasi kan suara terbanyak yang dipakai). Massa yang minggu sebelumnya memuja dan mengelu-elukan Beliau, hari jumat itu berteriak minta Beliau dihukum mati.  Ini pengadilan yang paling aneh. Sebenarnya gambar salib yang kita kenal selama ini diperhalus karena alasan etika. Hukuman salib waktu itu dianggap hukuman paling top: paling ngeri, paling memalukan. Sengaja Yesus ditelanjangi (bulat2), disalib di tempat strategis supaya banyak dilihat orang, tujuannya pembunuhan karakter sekaligus pembunuhan fisik.

Apes bener si Yesus Kristus ini… tambah parahnya lagi setelah itu pengikutNya tercerai-berai nggak karuan. Pengikut Kristus yang disebut Kristen beriman dan beribadah secara sembunyi2 karena dianggap sesat dan dianiaya. Ajaran Kristen dilarang. Umat Kristen diburu, disiksa, dibunuh. Periode mengenaskan ini berlangsung 313 tahun setelah kematian Yesus…

Parah, kan? Tapi ajaib!  Yesus yang nothing menjadi everything bagi banyak orang, tak terhitung jumlahnya…  Petrus (si batukarang gelarnya) yang pernah menyangkalNya jadi Paus pertama yang memimpin gereja katolik. Yesus mewariskan roh (spirit) dengan karyaNya mula-mula seolah serba nggak jelas, tapi menjadi jelas sekarang bagi pengikutnya. Yesus mewariskan gereja. Murid-murid lainpun menjadi ikon ajaran kasih. Umat bertumbuh diawali dan berdasarkan iman para rasul. Yesus juga mewariskan ibuNya (sebagai Bunda umat, Bunda Gereja) pribadi yang secara paling total mendampingi sampai titik maut dengan setia dan tegar.

Gereja Katolik umurnya sudah 2013 tahun… (begitu lama waktu yang diperlukan untuk sebuah agama menjadi “dewasa” dalam peradaban), jadi bisa dimaklumi bila ada “ketidakdewasaan” agama yang umurnya dibawah 20 abad.  Ada masa-masa kegelapan  serta kebobrokan manusia menghiasai perjalanan gereja katolik, karena faktor situasi atau manusianya, tapi otoritas gereja ditegakkan bukan berdasarkan kuantitas, kualitas serta  kekuatan manusia, melainkan oleh kuat kuasaNya. Kebangkitan Yesus dari kematian. Gereja Katolik masih akan terus dihina, tapi tetap berjalan penuh iman, harapan dan cinta. Gereja Katolik ini bertahan sampai sekarang walau dulunya nothing.!

05 Januari 2013

ONANI JIWA



Tindakan memuaskan diri sendiri secara seksual (tanpa pasangan bercinta) biasa disebut masturbasi atau onani. Tujuannya jelas mencapai puncak kenikmatan sex, orgasmme.  Tulisan ini bukan tinjauan moral atau psikologi, juga bukan berdasarkan kajian filsafat,  ilmu bahasa dan lain sebagainya, cuma catatan ringan soal onani.

Perbuatan sex onani itu sifatnya demi kenikmatan tubuh/fisik, yang tentu saja pengaruhi jiwa. Tapi apakah onani hanya bisa secara fisik dan dalam arti seksual saja?  Mungkinkah terjadi onani lain yaitu demi kenikmatan batin/hati yang tentu saja (bisa) pengaruhi fisik?  Anggap saja itu mungkin. Perbuatan atau tindakan memuaskan diri sendiri secara batin,  tak peduli dengan orang lain yang penting diri sendiri puas batin. Makanya saya sebut itu sebagai onani jiwa…

Kayak apa sih onani jiwa?  Agak susah juga menceritakannya, terlalu banyak contoh kasus. Sah-sah saja kalau Anda dan saya tak sepaham. Umumnya kalau masih waras orang orang akan onani (sex) di ruang tertutup atau sembunyi. Tapi kalo onani jiwa sering dilakukan di ruang terbuka. Di tongkrongan, di mimbar atau di manapun bisa saja terjadi.

Saya sering ketemu orang yang hobi cerita. Mulutnya nyerocos tanpa henti, tak mau disela omongannya. Dia nggak peduli saya bosan atau tidak dengarkan ocehannya, kalaupun dia dengar tanggapan saya, itu cuma sebentar, sekedar jaga kepantasan. Setelah itu dia nyerocos lagi. Pokoknya dia hanya mau didengar, malas mendengarkan. Persentasenya saya ngomong 30 % persen atau kurang, dianya 70 % atau lebih. 

Orang ini menikmati ceritanya. Batinnya puas saat bercerita. Parahnya, sering orang ini cerita tentang satu hal berulangkali, Dia lupa topik atau tema pembicaraan yang sama dibicarakan berulang-ulang dalam waktu yang lama dan berkali-kali, di saat yang berbeda Banyak sekali orang jenis ini, dulu saya salah satunya. Untunglah saya sudah bertobat… he he he he   Orang berpenyakit seperti ini ada di semua tingkatan usia, status sosial dan kecerdasan. Artinya tua-muda, laki perempuan, kaya-miskin, pintar-bodoh bisa punya kebiasaan yang menjengkelkan ini : maunya didengar, nggak mau mendengar.

Dia lupa telinga kita dua, mulut kita satu, mestinya lebih banyak mendengar daripada ngebacot . Saya kasar ya? he he he   Maaf…. Begitu sulitkah mendengar? Kenyataannya demikian. Perlu kesabaran dan latihan panjang. Begitu sulitnya telaten mendengar sampai saya anggap mendengar sebagai ketrampilan he he he… Mendengarkan itu suatu skill
Orang yang tak punya skill ini cenderung memuaskan disri sendiri secara sepihak di hadapan seseorang atau khalayak demi kepuasan batinya sendiri. Egois. Suka atau tidak, tepat atau tidak, saya suka menyebut tindakan orang macam ini sebagai onani jiwa. Ini baru satu contoh, masih banyak lagi contoh lain. Anda juga mungkin punya pengalaman unik jumpa dengan orang yang melakukan onani jiwa dengan cara dan kebiasaan lain
Atau Anda dulu pernah dan bahkan mungkin sekarang masih sering melakukan onani jiwa seperti saya dulu sebelum bertobat? 

Apapun jawaban Anda, saya percaya…. Bahkan ketika Anda berbohongpun, saya tetap percaya… he he he

19 Juni 2012

NEGERI MALING


Korupsi di Indonesia bukan lagi sekedar tindak pidana,  tapi budaya!
Lebih dari sekedar kejahatan. Korupsi di Indonesia adalah budaya, habit dari tingkat bawah sampai paling atas.

Seharusnya, atau sebaiknya? Status tindak pidana korupsi dinaikkan menjadi tindakan subversif. Membahayakan negara. Perampokan berencana dan besar-besaran  terhadap bangsa dan negara. Mereka yang korup pasti nggak setuju dengan usul ini, setingkat ketidaksadaran mereka betapa parah kerusakan negeri Indonesia.

Negeri paling agamis plus pancasilais, negeri maling!  Saya pasti tergoda juga jadi maling, makanya perlu sistim hukum dan penegakan secara ketat, supaya saya tak jadi pengkhianat berikutnya.

Tak ada gunanya memperlunak kenyataan. Ini serius!  Terlalu banya aspek bangsa Indonesia telah lama rusak.

Ini bukan pesisimis dan juga bukan apriori, ini kekagetan yang seharusnya membangkitkan kesadaran banyak orang dan mengambil tindakan segera.


(Andreas Petrus)

25 Mei 2012

Komitmen

Apakah anda pernah menonton acara-acara TV seperti Kick Andy!, Oprah Winfrey, Extreme Places To Go Green, dan sejenisnya? Kalau ya, pasti anda pernah melihat ataupun menjumpai dalam hidup anda, orang-orang berkomitmen tinggi. Mereka yang tidak hanya mempunyai mimpi besar, tapi sekaligus berkomitmen dalam menjaga bahkan mewujudkan mimpi itu.

Seorang Anilawati Nurwakhidin rela 'menyusahkan' dirinya demi memegang komitmen untuk menjaga lingkungan hidup dengan mengurangi sampah plastik. Beberapa contoh tindakan 'konyol' yang ia lakukan adalah membeli minuman tanpa sedotan plastik, membawa tas belanja pribadi dari rumah, dan membawa bekal minuman alih-alih beli minuman (dan membuang) gelas atau botol plastik (pantangan ini berlaku bahkan saat ia sedang menghadiri pesta hajatan!)

Komitmen kuat menjaga lingkungan hidup juga dimiliki oleh seorang anak bernama Severn Cullis-Suzuki. Saat ia berusia 9 tahun, ia bersama beberapa temannya mendirikan Enviromental Children's Organization (ECO), sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak-anak lain mengenai masalah lingkungan. Pada usia 12 tahun, pidatonya membungkam para pemimpin dunia, di tengah Konferensi Lingkungan Hidup PBB (Earth Summit) di Rio de Janeiro tahun 1992. 

Lain halnya dengan Anies Baswedan. Komitmennya pada dunia pendidikan Indonesia ia wujud-tularkan kepada para pemuda-pemudi Indonesia lewat program Gerakan Indonesia Mengajar. Melalui program tersebut, ia menantang orang muda negeri ini untuk terjun mengajar para tunas bangsa di pelosok-pelosok tanah air. Mereka yang terpilih adalah yang berkomitmen kuat untuk terjun, bergelut dengan resiko ketidakpastian, ketidakmapanan, ketidakamanan, demi menjaga semangat dan mimpi anak-anak negeri ini. Demi memenuhi hak pendidikan anak-anak di seluruh pelosok tanah air. Tanpa pamrih.

Komitmen jujur dan tulus bukan berarti tanpa halangan. Apalagi di jaman sekarang, jaman di mana tanpa sungkan, manusia menuntut manusia lain untuk menyimpang dari kejujuran dan ketulusan, seperti dialami bocah Muhammad Abrari Pulungan ataupun Nur Hidayatusholihah yang akrab disapa Nunung, seorang siswa SMU Muhammadiyah 1 Kalirejo, Lampung Tengah, yang menolak menggunakan kunci jawaban yang diberikan gurunya 1 hari sebelum Ujian Nasional. Nunung bersikeras tetap jujur meski konsekwensinya, ia harus berkali-kali gagal lulus Ujian Nasional. Sedangkan konsekwensi dari komitmen jujur bocah Abrar adalah dikeluarkan dari sekolah serta dijauhi oleh para guru dan teman-temannya.

Komitmen sebagaimana halnya agama, adalah sakral. Semakin tinggi nilai atau tanggung jawab dari komitmen itu, semakin sakral ia. Menjaga komitmen berarti menjaga keyakinan kita. Menjaga janji kita. Bagaimana kita menjaga keyakinan dan janji itu sekuat tenaga, sepenuh hati, segenap jiwa raga. Itulah yang membuatnya sakral. Dan jika kita meninggikan komitmen, ia juga akan meninggikan kita.

Kesakralan komitmen serta kesungguhan dan keikhlasan dalam menjaganya, akan membantu kita menuju kesejatian sebagai manusia yang diciptakan secitra dengan Dia. Karena Dia, pencipta kita, tidak pernah melanggar komitmennya sendiri.


Andreas & Petrus

18 Mei 2012

Stories Of Us

If your mouth won't tell, your body, even bones will...



Satu tim saintis di Jeffersonian Institute di kota Washington D.C. Amerika Serikat, sekali lagi berhasil membantu FBI dalam mengungkap sebuah kasus penemuan tanpa sengaja tulang belulang manusia di dalam cetakan semen yang telah mengeras. Mengandalkan keahlian dan ketekunan para saintis serta kecanggihan teknologi di Jeffersonian, FBI sukses memecahkan misteri tersebut. Para ahli di Jeffersonian ini sebagian besar adalah terunggul di bidangnya. Salah satunya adalah Dr. Temperance Brennan, seorang forensik antropologis brilian dan cantik. Tulang apa saja termasuk tulang ceker ayam kegemaran saya. Orangnya to the point, pemikirannya tajam, pembuktian atas analisanya bisa dikatakan akurat 100%. Dari 1 kerat tulang, ia bahkan bisa 'membaca' hobi atau sejarah seseorang.

Tak hanya itu, FBI juga dibantu satu tim lain dengan keahlian yang berbeda dan tak kalah unik. Tim ini dikomando oleh Dr. Cal Lightman, seorang yang ahli dalam 'membaca' mimik wajah dan gesture (bahasa tubuh) orang. Bahasa tubuh di sini bukanlah bahasa isyarat yang sengaja dibuat untuk berkomunikasi tapi reaksi atau gerak tubuh spontan yang dibuat oleh seseorang. Mimik dan gesture spontan ini selalu jujur, sehingga meskipun mulut anda fasih berbohong namun Dr. Cal Lightman akan mengetahui bahwa anda berbohong. Ia ibarat natural lie detector. 

Jeffersonian Institute dan kedua tokoh di atas memanglah tokoh-tokoh fiktif dalam 2 serial televisi Amerika; "Bones" & "Lie To Me", namun tidak demikian dengan kemampuan istimewa kedua orang tadi. Ilmu tentang tulang dan membaca gerak tubuh adalah nyata. Mungkin belum ada tokoh selihai dan secanggih tokoh di kedua film tersebut, namun ilmunya riil.

Saya tidak hanya tertarik dengan kedua film maupun ilmu nyata kedua Doktor brilian namun fiktif tadi namun juga pada lahirnya ide bahwa manusia mungkin memang diciptakan (=baca didesain), untuk bercerita. Manusia tidak hanya bercerita melalui mulut ataupun lewat tulisan dan gambar tapi juga keseluruhan dirinya. Mayat sekalipun bahkan tetap bercerita. Mayat atau fosil hewan dan tumbuhan memang bercerita juga, tapi manusia -tentu- bercerita lebih banyak dan berwarna. Ketika mulut malas menumpahkan atau sengaja menyembunyikan isi hati, tanpa kita sadari, mimik dan gesture kita melepaskan sinyal-sinyal cerita jujur yang tersirat. Kita didesain untuk bercerita bahkan tanpa kita berupaya untuk itu.

Bercerita dan Mengenangnya adalah salah satu anugerah terindah yang Tuhan berikan kepada Manusia. Bercerita dan Mengenangnya adalah kebebasan, hak dan kewajiban, karya dan warisan unggul umat manusia. Berceritalah. Kenanglah. Jika mulutmu tak mampu, tubuh dan tulangmu yang akan melakukannya... 


Andreas & Petrus

11 Mei 2012

Jangan Membuang Waktu

Kita pasti sering mendengar ujaran atau nasehat "Jangan Buang-Buang Waktu". Di jaman yang menuntut semua serba instan seperti sekarang, nasehat itu tentu mengena sekali. Apalagi jika sudah dikaitkan dengan masalah uang; Dewa jaman modern. Hal itu menjadi seakan masuk akal dan mutlak. "Waktu adalah uang!" Membuang waktu berarti membuang uang.

Perkotaan hidup selama 24 jam penuh. Hampir selalu hingar bingar bahkan di malam hari di saat seharusnya dunia senyap, beristirahat, atau bermimpi. Tidak ada kata istirahat apalagi berhenti. Karena istirahat berarti, membuang-buang waktu.

Kemajuan teknologi multimedia, komunikasi, hiburan, market, memaksa orang untuk terus melakukan sesuatu. Bergerak, melihat, mendengar, mencari, menikmati, mengamati, mencobai, menyumpahi, menghakimi, mengagumi, membuang, menyampahi, mengotori, menzolimi, mencabuli, meneriaki, membodohi, dan lain sebagainya... meminjam salah satu tagline iklan, "Just Do It", tanpa kita berpikir panjang akan berakibat baik atau buruk. Bisa jadi kita memburuk-buruki yang baik atau membaik-baiki yang buruk... 

Jaman Hedonisme, konsumerisme, serba instan, membuat orang mudah tersesat mengikuti cepatnya arus. Tapi kebanyakan orang tidak menyadari itu. Justru kebalikannya, kita akan merasa tersesat jika tidak mengikuti arus. Kita akan merasa ketinggalan jaman atau disebut ketinggalan jaman oleh orang lain. "Ga gaul, luh..!"

Saya ingat akan sebuah cerita. Suatu hari seorang pengusaha kaya raya berjalan-jalan di pantai sambil tak henti-hentinya mengagumi kesuksesan yang telah ia raih, hingga ia mendapati di depannya seorang nelayan yang sedang berbaring santai di pinggir perahunya sambil menikmati sebatang rokok. Kepada si nelayan, pengusaha itu bertanya,
"Mengapa engkau bermalas-malasan di sini?"
Jawab si nelayan, "Aku telah bekerja semalaman dan hasilnya cukup untuk 4 hari ke depan."
Sahut si pengusaha, "kalau kau bekerja lebih keras dan tidak membuang-buang waktumu di sini, kau bisa mendapat ikan yang lebih banyak."
"Untuk apa aku mendapat ikan yang lebih banyak?" tanya si nelayan.
"Tentu kau bisa jual ikan-ikan itu. Hasilnya bisa kau belikan perahu lagi atau jala yang lebih bagus."
"Untuk apa?" Si nelayan mulai tertarik
"Supaya kau bisa mendapat ikan yang lebih banyak lagi..."
Si nelayan termenung "...lalu?"
"Kau bisa jual hasil tangkapanmu untuk membeli perahu motor supaya kau bisa pergi ke tempat yang lebih banyak ikannya untuk kau jual lagi. Kau bisa menjadi pengusaha yang sukses dan kaya raya sepertiku!" Kata si pengusaha dengan berapi-api dan bangga.
Si nelayan termenung lebih lama. Lalu tanyanya, "Apa yang bisa aku perbuat setelah aku sukses dan kaya raya?"
Dengan senyum lebar si pengusaha berkata, "Kau bisa bersantai dan menikmati hidup sepertiku..."
Si nelayan menatap lekat-lekat si pengusaha sambil tersenyum tak kalah lebar, katanya,
"Pak, bukankah itu yang sedang saya lakukan sekarang..?"

Orang beroleh hikmat bukan dari kebisingan & kesibukan tapi dari diam.


Andreas & Petrus

04 Mei 2012

Rame-Rame

Aksi Rame-rame sedang menjadi fenomena. Pelakunya bukan hanya manusia tapi juga binatang. Manusia dan binatang seakan bersaing. Bukan main. Bukan main ramenya. Bukan main pula akibat dari aksi rame-rame itu. Macam-macam akibat yang ditimbulkan kedua jenis makhluk ciptaan Tuhan ini, mulai dari geli, jijik, takut, panik, gatal, perih, gondok, gerah, bahkan sampai kehilangan nyawa... Bukan main!

Memang bukan hal-hal yang menyenangkan. Beberapa menyedihkan bahkan jauh dari menyejukkan. Tanya saja kepada mereka yang panik saat rombongan ulat bulu 'bersilaturahmi' ke rumah mereka. Atau kepada mereka yang kulitnya serasa terbakar setelah 'dicium' serangga Tomcat. Atau kepada orang tua yang masih berduka sekaligus kebingungan setelah anaknya tewas karena rame-rame dipukuli oleh geng motor pita kuning. Kitapun prihatin ketika dihadapkan pada ironi pendidikan kita yang 'mengijinkan' nyontek rame-rame saat Ujian Nasional (UN), dan gerah melihat kelakuan para anggota DPR yang hobi study banding ke luar negeri rame-rame, mengajak keluarga masing-masing pula dengan (tentunya) menggunakan uang rakyat...  


Saya masih ingat ketika dulu, malam-malam sepulang ibadah atau latihan koor, dengan berjalan kaki atau naik sepeda, kami rame-rame 'menyerbu' warung tenda indomie langganan yang sekaligus menjadi 'base camp' kesekian. Bersenda gurau, ngobrol ngalor ngidul, tukar pikiran, sambil mengisi perut. Kadangkala kami sengaja menenggelamkan diri pada riuh ataupun heningnya jalan raya di depan tenda indomie kami mangkal. Dalam diam, di tengah hiruk pikuk ataupun sunyi sepi suasana, saya menyadari dan menegaskan eksistensi diri saya di dunia ini. Bahwa sekecil-kecilnya diri saya, saya adalah bagian dari dunia ini. Dan walaupun kecil, saya, sama seperti setiap orang di dunia ini, mempunyai tanggung jawab menjaga kebaikan dunia ini. Bahwa saya, meskipun ada bersama kelompok, bersama teman-teman, tetaplah seorang pribadi yang bebas merdeka.

Kita patut bersyukur karena tidak semua aksi rame-rame ini berakar dan berbuah negatif. Aksi rame-rame mematikan lampu dalam peringatan Earth Hour akhir Maret lalu bisa menjadi salah satu contoh. Optimisme para siswa SMK dalam mewujudkan mobil nasional (bahkan pesawat terbang) juga patut diacungi 4 jempol tangan & kaki. Mimpi yang rame-rame diwujudkan dalam Gerakan Indonesia Mengajar bisa menjadi satu contoh inspiratif berikutnya dari dunia pendidikan.

Rame-rame, kita bisa membuat diri dan dunia sekeliling kita hancur. Tapi kita, bersama-sama, juga mampu membuat diri dan dunia kita sejahtera.


Andreas & Petrus 

20 April 2012

Cantelan Panci




Cantelan = tempat menggantung

Gejolak akibat isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (dan Tarif Dasar Listrik) baru saja reda setelah kenaikan itu dibatalkan (baca= ditunda) oleh pemerintah. Kita sadar bersama bahwa gejolak itu semata bukan melulu karena kenaikan harga BBM tapi gelombang susulan kenaikan harga barang dan jasa di berbagai sektor sebagai dampak kenaikan BBM itu sendiri yang pada akhirnya akan mencekik rakyat.

Sebenarnya saya malas menyinggung masalah ini karena ini isu rutin dan pasti sudah banyak yang menulis, mengulas, mendiskusikan, memberikan pendapat dan usul solusi. Saya juga percaya, mereka semua orang-orang pintar dan berharap pemerintah mendengarkan mereka -dan rakyat tentunya. Tapi telinga pemerintah itu ibarat sudah jadi sekedar cantelan panci, jadi boro-boro menjalankan saran dan usulan para pakar, didengarkan pun tidak.

Tapi, bagaimana ya? Saya sebal sekali mengamati perilaku masyarakat -termasuk para pejabat pemerintah- yang hanya bisa memprotes kenaikan harga tadi namun tidak berupaya keras untuk menghemat BBM (energi). Entah karena kesadaran masyarakat untuk berhemat energi, kurang atau karena hal lain. Yang jelas, kita, baik pemerintah maupun kebanyakan masyarakat tidak melihat bahwa, saat ini, menghemat energi merupakan aksi mendesak alias urgen!

Sebagai contoh; Kita hanya melihat sedikit iklan televisi ataupun poster berisi ajakan & himbauan untuk menghemat energi. Nah, saya melihat justru inilah masalahnya. Pertama, ya itu tadi, poster ataupun iklan televisi dengan frekwensi tayang sangat minim dan kalah menarik pula dibanding iklan rokok atau motor baru. Kedua, semua itu cuma bersifat ajakan & himbauan tanpa konsep jelas dan langkah kongkrit tersistem, terpadu, untuk melakukan aksi efisiensi dan hemat energi tersebut. Menghemat energi itu ibarat melarang perokok berhenti merokok. Ada aturan dan (ancaman) sanksi saja masih sulit dikendalikan, apalagi cuma dihimbau. Sementara iklan rokok terus mengepung dengan tawaran menarik dan image kuat. Sulit untuk mengajak orang lain mengubah gaya hidup seperti menghemat BBM jika; harga BBM murah (karena disubsidi), beli motor seperti beli kacang goreng (produk luar pula -produk asli Indonesia, mana?), tanpa contoh konkrit dari pemimpinnya, dan tanpa sosialisasi serta edukasi berkualitas kepada seluruh rakyat akan penting & mendesaknya menghemat energi mulai saat ini.

Berapa banyak dari masyarakat, atau setidaknya teman-teman blogger, yang mengetahui fakta bahwa jika 10% warga di Jakarta saja, dalam 1 hari memadamkan listrik selama 1 jam seperti saat Earth Hour, 31 Maret yang lalu, maka energi yang dihemat bisa bermanfaat memenuhi kebutuhan listrik di 900 desa dan menyediakan oksigen bagi 534 orang? Berapa banyak yang mengetahui fakta bahwa posisi standby power peralatan elektronik mengonsumsi kurang lebih 10% dari total penggunaan listrik rumah tangga. Bila dikalikan dengan jumlah konsumen listrik, maka energi yang terbuang percuma kurang lebih sama dengan output dari 18 pembangkit tenaga listrik.

Saya belum berniat mengganti fungsi telinga saya menjadi cantelan panci. Sedikit fakta di atas sudah cukup menyadarkan saya untuk mengubah gaya hidup yang boros energi. Saya, sebagaimana kebanyakan masyarakat, tentunya mendesak pemerintah untuk mengambil langkah & aturan tegas untuk mengantisipasi masalah ini. Namun saya, terlebih lagi berharap kepada seluruh masyarakat Indonesia (dan dunia) untuk berhemat energi. Bukan sekedar untuk mengontrol keuangan kita tapi untuk menjadikannya gaya hidup baru kita. Penggunaan energi yang efisien untuk hidup yang lebih baik.

Sumber: Kopi Merah Putih; obrolan pahit manis Indonesia/Indonesia Anonymous/Gramedia/2009


Andreas & Petrus

28 Oktober 2011

Di Mana... Ke Mana... Nasionalisme?

Ketika hari-hari menjelang dan saat peringatan Kemerdekaan Republik ini tak lagi semeriah dulu... Ketika pesta demokrasi berlangsung ramai namun maknanya mendangkal... Kebanyakan dari kita mungkin akan berkata: "Nasionalisme saat ini sudah berkurang..."

Ketika hari-hari menjelang dan saat peringatan penting lainnya seperti "Sumpah Pemuda" atau "Kebangkitan Nasional", sepi dari gairah, kebanyakan dari kita mungkin akan berkata: "Nasionalisme saat ini semakin berkurang..."
Entah mengapa pula, generasi muda lebih banyak disorot dan dituding jika menyangkut kemerosotan (nasionalisme).

Ketika pasukan merah putih berlaga (dan menang) dalam kompetisi olahraga antar negara, khususnya di cabang sepak bola dan bulu tangkis, kita akan melihat dan merasakan gairah itu lagi, lalu mungkin akan berkata: "Nasionalisme belum hilang... Nasionalisme telah bangkit..."
Ketika banyak pelajar negeri ini yang menang dalam berbagai lomba kecerdasan antar negara dan pulang membawa kebanggaan bagi negeri ini, mungkin kebanyakan kita akan berkata: "Hidup Indonesia! Inilah calon-calon pemimpin di masa mendatang!"
Entah mengapa, jika menyangkut kebangkitan (nasionalisme), para pemimpin akan menaikan dagu, membusungkan dada, dan berkata "KITA..."

Apakah nasionalisme bangsa ini sekarang telah meluntur dan merosot jauh? Ataukah kita yang semakin bingung mencari tempat yang tepat untuk meletakkan nasionalisme itu?

Andreas & Petrus

26 Oktober 2011

Dirimu Adalah... Sesuatu...

Pikiran itu kompleks. Sekompleks otak manusia yang memproduksinya. Dengan pikiran, manusia mampu mengolah banyak data, mempertimbangkan berbagai pilihan dalam satu waktu, dan mengkalkulasi perhitungan-perhitungan rumit. Ide-ide cemerlang yang lahir dari pikiran manusia tadi mampu membawanya ke bulan, luar angkasa, menyelami dalamnya samudra, menyaksikan tarian proton dan elektron di dalam atom, bahkan membuat ilusi kehidupan.

Kata hati itu lebih sederhana. Lebih spontan. Ia bisa melompat begitu saja seperti lumba-lumba melenting tinggi dari dalam laut ke udara. Tapi, bukan berarti ia tidak lebih penting dibanding pikiran. Ia seperti galah panjang yang membuat manusia mampu melompat tinggi dan jauh sebelum pikiran mampu menyelesaikan perhitungan rumitnya. Bahkan ketika hasil perhitungan tadi, di atas kertas; gagal, kata hati bisa menyatakan kebalikannya.

Pikiran dan kata hati memang tidak selalu sejalan (mungkin keduanya tidak perlu selalu sejalan), namun bukan berarti mereka bisa dipisah sendiri-sendiri. Mereka tetaplah satu tim dengan keunikannya masing-masing. Anda tahu, hal terbesar yang terjadi dalam sejarah manusia ketika pikiran dan kata hati bersatu? Mereka 'menemukan' Tuhan, penciptanya...

Nasehat mengatakan, jika hatimu panas maka kepalamu (pikiranmu) harus tetap dingin (tenang). Sebaliknya, jika pikiranmu sedang buntu, gelap, dan mengatakan 'tidak mungkin', kamu harus belajar mendengarkan kata hatimu...

Dalam sebuah acara kompetisi menyanyi akbar "X-Factor" (USA) yang sedang berlangsung, ke-4 juri : Simon Cowell, Paula Abdul, L.A. Reid, & Nicole Schezinger seringkali harus membuat keputusan berat khususnya di babak pertengahan (Judges' Houses). Mereka harus menyaring lagi para kontestan yang ada sebelum mereka dibawa ke level Live Stage, tentunya dengan kalkulasi pertimbangan yang sangat tidak mudah. Dan ketika di depan mata, di telinga, di atas kertas para juri, para kontestan ini mampu memberikan penampilan terbaik bahkan memukau para juri, penyeleksian menjadi semakin sulit. Para juri seringkali harus meletakkan bahkan mungkin menyembunyikan pikiran mereka jauh-jauh, lalu mengandalkan kata hati mereka saja sebagai pijakan dan sandaran keputusan-keputusan urgent mereka.
Itu baru pengambilan keputusan dalam acara kontes menyanyi, apalagi harus mengambil keputusan atau pilihan atas seorang calon pemimpin... Wah, sungguh bukan perkara mudah. Mungkin, begitu sulitnya, hingga si pemilih menyerah dan menggunakan metode konyol yang ia tahu; Cap Cip Cup atau Mengurut Kancing Baju... pilih...tidak...pilih...tidak...he he he...

Ah, menjadi manusia memang rumit. Namun bisa jadi manusia memang didesain rumit agar siap dan mampu mengatasi hal-hal rumit dalam hidupnya dan tidak mendasarkan pilihannya pada jumlah kancing baju atau hal-hal konyol lainnya. Agar manusia mampu menggunakan pikiran dan kata hatinya untuk mengambil pilihan yang tepat dan perlu. Baik menggunakan keduanya ataupun salah satunya. Dan di antara kedua pilihan tersebut, anda butuh kebijaksanaan.

(The Serenity Prayer) Doa Ketentraman : "Ya Tuhan, berikanlah aku kekuatan agar mampu mengubah apa yang bisa kuubah, kerendahan hati agar mampu menerima apa yang tidak bisa kuubah, dan kebijaksanaan agar mampu membedakan kedua hal itu"

Andreas & Petrus 

31 Agustus 2011

Suri Idola

Masih segar dalam ingatan ketika Irfan Bachdim, Cristian "El Loco" Gonzales, dan Briptu Norman Kamaru menjadi idola baru. Gejala fenomenal ini dipicu oleh banyaknya pemberitaan oleh media massa khususnya elektronik. Popularitas Irfan Bachdim dan Gonzales yang meroket masih masuk di akal dikarenakan prestasi olah raga sepak bola (dan keelokan parasnya) yang disukai khususnya oleh kebanyakan wanita Indonesia. Namun popularitas Briptu Norman yang meroket bak rudal jenis Scud, karena aksinya bernyanyi sambil berjoget India, buat saya tidak masuk akal. Berita terakhir (19 April 2011), penggugah video aksinya di Youtube sudah tembus angka 200 ribuan!

Buat saya, yang menjadi tidak masuk akal adalah bagaimana saat ini menjadi orang terkenal seakan mudah sekali. Bisa dibilang dengan modal 'dengkul' saja orang bisa terkenal dalam waktu singkat. Tidak pandang bulu siapa dan usia berapa. Tidak mesti wajar dan sopan. Tanpa aturan dan kriteria. Semua bisa diunggah atau dinikmati, hampir tanpa saringan. Membius dan menggoda. Surga dan Neraka jadi satu. Ha ha ha...

Saat video unggahan Sinta & Jojo menyanyikan lagu "Keong Racun" booming, masyarakat latah menyaksikan, mengunduh, atau beli keping cd video tersebut yang menurut saya -maaf- biasa-biasa saja. Itu tidak masuk akal buat saya.

Ketika video Ariel, Luna & Cut Tari "beraksi" beredar luas sekali di jagad maya, masyarakat juga berbondong-bondong -walaupun mengaku tidak sengaja- menyaksikan, mengunduh, atau beli keping cd video tersebut. Tak kalah boomingnya ketika artis porno Jepang, Miyabi, mau datang ke Indonesia. Kakinya belum menapak saja, hebohnya sudah dahsyat bukan kepalang... Nah, ini lucunya, walaupun keempatnya, Ariel-Luna-Cut Tari-Miyabi- dihujat dengan dahsyat oleh kebanyakan para 'penikmatnya' tadi, secara statistik traffic pengunjung & pengunduh video atau foto 'aksi' mereka tinggi sekali. Begitu tingginya statistik tersebut sehingga mampu mendongkrak Indonesia menjadi peringkat ke-3 dunia sebagai pengakses situs/video porno. Statistik tadi belum termasuk mereka yang beli CD videonya atau dapat gratisan dari handphone teman, loh... he he he... Artinya, di dunia 'nyata' mereka dihujat namun di dunia maya mereka terbukti secara statistik menjadi idola. Kelucuan lainnya adalah, yang ini kok justru masuk akal buat saya. he he he...

Anda bisa membandingkan popularitas Aung San Suu Kyi dengan Lady Gaga saat ini. Atau dengan sesama musisi seangkatan lainnya, Katy Perry, misalnya. Sama-sama wanita, penyanyi, penulis lagu, cantik, seksi, dan sama-sama punya rekor dalam karir musik, sama-sama jadi idola, tapi sikap kontroversial membuat Gaga justru semakin diidolakan.

Sekarang ini menjadi idola masyarakat tampaknya menjadi semakin mudah, bahkan jauh dari mustahil. Menjadi teladan masyarakat justru kebalikannya, menjadi semakin sulit. Idola adalah mereka yang dipuja puji. Seringkali mengundang histeria massa. Keteladanan justru seringkali kebalikannya. Ia bersahaja dan cenderung jauh dari hiruk pikuk namun membekas dalam. Seorang teladan bisa menjadi seorang idola. Tapi seorang idola belum tentu bisa menjadi teladan. Kepopuleran seorang idola atau menjadi idola selalu menggoda. Keteladanan lebih terdengar membosankan. Idola adalah keberanian menjaga atau menghancurkan citra diri. Keteladanan adalah keberanian menjaga hati dan kemurnian.


Minal Aidin Wal Faidzin. Selamat Idul Fitri 1432 H.


Andreas & Petrus 

15 Agustus 2011

Kehancuran Planet Krypton

Sebuah mimpi untuk Indonesiaku

Alkisah, di sebuah planet asing bernama Krypton, seorang ilmuwan tersohor meramalkan kehancuran planetnya berdasarkan riset dan data yang telah lama ia kumpulkan. Jor-El, demikian nama sang ilmuwan, awalnya tidak percaya akan kesimpulan dari serangkaian data dan fakta yang ia dapat dari hasil penelitiannya tersebut, bahwa planet kediamannya akan hancur dalam waktu dekat. Fakta terburuk kemudian adalah bahwa ia satu-satunya orang yang menyadari hal tersebut.
Namun demikian, tragedi sesungguhnya bukanlah kehancuran planet Krypton itu sendiri melainkan jauh sebelumnya ketika bangsa Krypton mulai menghancurkan dirinya sendiri, dan inilah fakta yang didapati oleh sang ilmuwan.
Takdir kehancuran planet Krypton, seperti diimani oleh Jor-El, sebenarnya bisa dihindari jika bangsanya mau keluar dari 'keasyikannya' masing-masing, kembali mawas diri dan bersatu memperbaiki masyarakat & lingkungannya.
Oleh bangsanya, Jor-El adalah ilmuwan yang diakui kredibilitas dan keakuratannya, tapi kali ini mereka memilih berpaling daripadanya.

Gagal meyakinkan bangsanya akan kiamat yang mengancam, Jor-El bergegas membuat sebuah roket untuk membawa istri dan anaknya mengungsi ke planet Bumi. Sayang sekali rencana tersebut tidak sepenuhnya berhasil karena sempitnya waktu yang mereka miliki. Jor-El hanya sempat membuat sebuah roket kecil untuk membawa anaknya, Kal-El. Di penghujung cerita, sebuah roket kecil berisi bayi mungil Kal-El melesat ke luar angkasa, tepat ketika planet Krypton mulai hancur. Dalam kisah berikutnya, bayi mungil Kal-El diceritakan berhasil mendarat selamat di sebuah peternakan milik keluarga Kent, di sebuah kota kecil bernama Smallville, di ujung Bumi. Kelak, Kal-El dikenal dunia sebagai, Superman.

Cerita ini memang hanya terjadi di dunia komik. Tapi bukan mustahil, kejadian di komik tadi menjadi nyata di dunia yang kita diami sekarang. Lompatan manusia ke bulan atau menjelajahi ruang angkasa dimulai dari mimpi dalam buku-buku komik semacam "Flash Gordon". Komputer jenis PC dengan layar flat hingga jenis tablet atau iPad dengan layar sentuhnya, dulu hanya ada di film-film sains-fiksi semacam "Star Trek", tapi sekarang teknologi seperti itu sudah 'nangkring' di rumah bahkan ada dalam genggaman kita.

Gerakan "Go Green" yang terus digalakkan lewat kampanye dan aksi tampaknya masih jauh dari cukup. Manusia terus menghancurkan diri, masyarakat dan alamnya. Mesin perang politik masih jauh lebih beringas dari kesadaran seorang Jor-El.

Satu contoh kecil namun 100% kongkrit terjadi di ibukota negara kita Indonesia, DKI Jakarta. Salah satu masalah krusial yang akhirnya menjadi langganan tahunan adalah banjir. Alih-alih menanganinya dengan serius, pemerintah malah memperbanyak pembangunan mal dan membabat ruang hijau publik yang berakibat semakin berkurangnya daerah resapan air.
Begitupun masalah transportasi di Jakarta. Sebagai perbandingan, 12-25 tahun yang lalu, sarana & prasarana transportasi kota Bangkok masih kalah jauh dengan Jakarta yang saat itu -bahkan- sudah memiliki bandara internasional, Soekarno-Hatta. Kini, Jakarta kalah jauh dengan Bangkok. Satu keunggulan nyata yang dimiliki warga Bangkok sejak dulu adalah, mereka memperlakukan sarana, prasarana, dan pengguna transportasi umum lainnya dengan hormat.

Di skala nasional (atau dunia), perusakan hutan, udara, sungai, tanah, semakin mengkhawatirkan. Program yang paling digemborkan oleh -lagi-lagi pemerintah- adalah "Satu Orang Tanam Satu Pohon", seakan itu senjata pamungkas. Sedangkan berapa meter kubik hutan kita yang ditebang dalam satu hari?

Saya mengamini apa yang diimani oleh Jor-El. Bencana bisa dihindari, diantisipasi, diminimalisir jika manusia mau keluar dari 'keasyikannya' masing-masing, mawas diri dan bersatu memperbaiki masyarakat & lingkungannya. Dengan kenyataan di depan mata, akankah kita memilih berpaling seperti dilakukan bangsa Krypton?

Mengutip pertanyaan bung Marco Kusumawijaya dalam artikelnya; "Mengapa kita memerlukan begitu banyak waktu untuk memutuskan, merencanakan dan apalagi melaksanakan suatu keperluan?"
Jika kita percaya bahwa kita bangsa yang besar, mengapa kita tidak bermimpi BESAR dan bersama-sama mewujudkan mimpi bahwa kita bisa menginspirasi dan menjadi pelopor dunia, bebas dari kecenderungan menghancurkan dirinya? Setidaknya kita tidak ikut-ikutan tren 'self-destruction' apalagi sampai didikte negara lain.


Selamat Ulang Tahun, Indonesiaku.
Happy Independence Day.



Andreas & Petrus

30 Juli 2011

Revolusi Celengan

Dulu, orang tua menasehati saya dan adik-kakak saya agar rajin menabung. Mereka juga memotivasi kami dengan memberikan uang yang khusus untuk ditabungkan. Tidak di bank, hanya dalam celengan tanah liat -umumnya berbentuk ayam- yang juga dihadiahkan kepada kami, seorang satu. Itu menjadi sumber pertama tabungan kami. Sumber kedua dari usaha kami berhemat adalah dengan menyisihkan sebagian uang jajan kami. Tak jarang kami berlomba siapa yang terbanyak dalam berhemat. Tanpa kami sadari, sebenarnya kami sedang belajar mengendalikan nafsu konsumerisme. Sumber ketiga adalah dari kerabat atau orang lain yang sengaja menyisihkan uang untuk kami. Biasanya saat libur sekolah, Lebaran, Natal, atau Tahun Baru.
Saya masih ingat, kebanggaan yang saya rasakan jika celengan tanah liat milik saya lebih berat dari kepunyaan kakak atau adik. Tidak peduli jika hanya bisa menonton siswa lain jajan ini-itu, yang penting tabungan saya banyak. He he he...

Selain itu, kami juga diwajibkan menabung oleh pihak Sekolah (Dasar). Sekolah membuat kas khusus untuk menampung tabungan para siswa. Kami bisa mengisinya kapan saja tapi hanya bisa diambil saat pengambilan raport.

Ketika gerakan menabung digalakkan oleh pemerintah dan bank-bank swasta mulai tumbuh bak jamur di kayu lapuk, masyarakat berbondong-bondong (beralih) menabung di bank. Lebih modern dan aman, katanya. Seiring dengan kemajuan jaman, begitu juga perkembangan dunia perbankan modern. Ia telah menjadi sebuah industri besar yang mampu mengubah pola pikir dan gaya hidup seseorang bahkan masyarakat. Kini orang tidak lagi datang ke bank untuk 'sekedar' menyimpan uang untuk kebutuhan hari esok, namun juga demi mencapai kemudahan tertentu, prestise, bahkan untuk melakukan/menyembunyikan kejahatan.

Begini, ketika saya kecil dan butuh uang 'mendesak', saya harus memecahkan celengan tanah liat saya. Berapapun kebutuhannya, saya tetap harus memecahkan seluruh tabungan. Kalau di bank kita sebut Tutup Buku. Untuk melakukan itu biasanya didahului rasa ragu dan sayang yang besar. Jerih payah panjang dan kebanggaan saya harus dipecahkan.
Ketika celengan tanah liat diganti dengan celengan plastik, perasaan ragu dan sayang tadi menjadi berkurang. Lebih mudah menggunting celengan plastik daripada memecahkan celengan tanah liat. Anda mungkin paham maksud saya. Perasaan itu makin memudar ketika celengan plastik berganti menjadi celengan kaleng dengan panel yang bisa kita buka-tutup menggunakan kunci pada salah satu sisinya. Wow, saya punya brankas kaleng mini! Saya senang karena semakin mudah mengambil uangnya. Jika saya butuh sedikit uang tambahan, saya tidak perlu menggunting apalagi memecahkan seluruh tabungan. Cukup buka kuncinya, ambil uang yang dibutuhkan, lalu tutup lagi. Praktis bukan?! Saya senang walau sebenarnya saya sedang bergerak menjauhi nilai-nilai luhur menabung dan semakin menumbuhkan tanduk di kepala saya.

Pertimbangan menabung di bank, awalnya adalah agar saya bisa menghindari 'keusilan' kecil tadi karena ada pagar yang membatasi. Menabung di bank berarti semakin menjauhkan aset dari diri saya yang berpotensi 'usil'. Ada batas. Ada kontrol. Perlu berpikir berulang kali jika ingin mengambil uang sejumlah kecil. Tidak sebandinglah dengan pengorbanan harus berjalah jauh ke bank, repot-repot membawa buku tabungan, mengisi formulir, dan mengantri pula. Sejauh ini pertimbangan saya benar bahwa menabung di bank jauh lebih aman, bertanggung jawab, dan lebih gaya. He he he...

Sebagaimana dunia adanya yang selalu berubah, begitu juga rasa aman saya terhadap dunia perbankan sekarang. Saya berusaha tidak menyoroti terlalu banyaknya kasus perbankan -khususnya- Indonesia. Likuidasi bank-bank, kasus Century, hingga kasus Citibank yang lalu. Saya justru menyoroti kemudahan-kemudahan akses yang ditawarkan oleh bank kepada para nasabahnya. ATM, Credit Card, Kartu belanja, SMS Banking, dan lain-lain. Bahkan kita bisa mengambil uang tanpa harus turun dari mobil! Ini jelas jauh lebih canggih daripada kunci brangkas kaleng milik saya dulu. Di masa mendatang bisa jadi tiap rumah memiliki semacam mesin ATM pribadi! Semuanya demi kemudahan dan kecepatan akses. Di jaman modern yang ingin serba instan ini, orang yang menolak kemudahan bisa disebut tolol.

Ini memang bukan kesalahan perbankan karena industri ini hanya mengikuti perkembangan jaman dan permintaan pasar yang butuh kemudahan (praktis) dan kecepatan. Namun kemudahan dan kenyamanan ini bagai pedang bermata dua. Mudah dan nyaman juga tidak berarti aman. Saya mencoba aman dari diri saya tapi bukan berarti aman dari pihak lain. Para konglomerat dan koruptor boleh merasa harta atau kejahatan mereka aman tersimpan di bank-bank Singapura atau Swiss. Tapi, siapa tahu?

Satu hal lagi, saya tidak pernah mendapati Celengan berbentuk celeng (babi hutan). Jauh lebih mudah mendapati celengan berbentuk ayam jago. Lalu mengapa sebutannya tidak menjadi Ayaman atau Jagoan? He he he... Hati-hati dengan tabungan anda.



Andreas & Petrus

21 Juli 2011

KONSEP KEKAYAAN

Cerita soal hubungan orang-orang dengan Tuhan pada jaman dulu banyak terdapat dalam kitab Injil Perjanjian Lama (PL) dimana kondisi atau bentuk penghayatan manusia tampak bersahaja. Sejarah iman mula-mula, sejarah sebelum masehi, sebelum Yesus Kristus.
Banyak sekali contoh kalau orang diberkati Tuhan Allah ditandai kehidupan materi yang berlimpah alias kaya raya, banyak harta, sehat jasmani dan rohani. Kalau orang yang penuh dosa hidupnya sengsara, melarat sakit atau cacat. Bahkan ada satu kisah Nabi Ayub yang kaya raya terus jadi miskin dalam tempo sesingkat-singkatnya toh akhirnya diperkaya lagi. Intinya orang takwa hidupnya makmur, sehat… Banyak nama dalam kategori tersebut, sengaja tak saya tulis (karena sebaiknya Anda baca sendiri).

Dari sekian banyak hal (sampai tak terhitung) yang bisa digali dari kitab Injil saya mau bahas cuma soal 2 hal: pertama, ciri orang yang diberkati Tuhan atau tidak. Kedua, soal arah atau sasaran penyembahan. PL cerita Tuhan yang tak terlihat namun begitu dekat campur tangan dalam kegiatan kehidupan manusia, Allah wanti-wanti melarang umatNya menyembah berhala, Allah pencemburu. Allah di langit dengan segala hal yang dirujuk sebagai “Di Atas” Orang menyembah yang di atas. Selanjutnya di bangun sebuah bangunan yang diimani sebagai tempat Allah berkenan bersemayam yaitu Bait Allah, butuh waktu 40 tahun membangunnya, tempat suci, kiblat manusia menyembah Tuhan.

Perjanjian Baru (PB) hadir revolusioner.Inilah era Yesus Kristus, era tahun masehi. Orang yang tidak percaya plus benci Yesus menganggapNya sombong dan gila ketika Dia dengan lantang berkata: “Robohkan bait Allah ini dan aku akan membangun kembali selama 3 hari!” Ha?! 3 hari? Bait Allah dibangun selama 40 tahun, men…. Koq seenakNya Dia bilang 3 hari…sebaliknya, orang yang percaya dan mencintai Yesus menganggap statement Yesus itu sebagai fakta Dia menunjukkan otoritasNya sebagai Tuhan bukan sekedar anak tukang kayu. Tuhan Maha Toleran, tak cuma mau disembah tapi berkenan jadi manusia Yesus Kristus, mau alami derita. 100 persen Allah, seratus persen manusia, tapi bukan 200 persen lho….

Ketika Yesus disalib, Dia tewas dengan hina, nampaknya semua sudah kelar, fatal dan kalah total. Tapi 3 hari kemudian Dia bangkit dari kematian, mengalahkan maut. Dia berkuasa atas kehidupan dan kematian. . Maka, orang-orang yang percaya Yesus Kristus berubah kiblatnya. Tidak menyembah lagi tempat suci yang merujuk pada bangunan, atau arah mata angin, kanan-kiri, atas bawah. . tapi menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran. . Yesus sebagai anak Allah adalah gambaran sempurna Tuhan Allah Bapa. Allah Roh. Tri Tunggal Suci : Bapa, Putera dan Roh Kudus. Inilah Misteri yang diimani orang Kristen. Misteri ini bagian dari sifat Tuhan. Tak bisa dipahami hanya bisa dipercaya. Tuhan yang masuk diakal adalah tuhan yang palsu.

Apakah Tuhan beranak atau diperanakkan? Ya enggaklaaaah… kalau ada anak SD bukan berarti SD punya anak….kalau ada anak pesantren bukan berarti pesantren punya anak… ibu peritiwi tak berarti bersuamikan bapak pertiwi… ibu jari tak didampingi bapak jari. Anak negeri tak dilahirkan melalui rahim negeri tapi dari rahim perempuan (manusia) yang disebut ibu.

PL melukiskan orang yang diberkati Tuhan ditandai dengan kekayaan dan kemakmuran. PB mengumandangkan sabda Yesus bahwa pengikutnya harus memikul salib… kekayaan, kemiskinan, sehat, sakit, cacat bukan lagi ukuran…itu nggak penting.. yang penting kesediaan memanggul salib, KESADARAN, bukan kondisi. Cara pandang baru dan terasa berbeda. Dunia punya criteria hidup mapan, Tuhan Yesus malah berkata, “Damai yang kuberikan padamu bukanlah seperti yang diberikan dunia”


Intinya diberkati dengan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Orang bisa saja dikaruniai kekayaan tapi tak ada kesadaran atau kemampuan menikmati. Ada orang miskin yang bisa menikmati hal-hal yang tak terbeli dengan uang. Sukacita dari dalam, bukan tergantung faktor dari luar. Rasul Paulus bersukacita dan membagi perasaan sukacita itu justru ketika beliau di dalam penjara.

Ada orang dikaruniai emas tapi melemparnya ke comberan, ada orang diberi keterbatasan tapi tetap gembira hidupnya. Ada orang kaya yang takut membagi, ada orang yang membagi miliknya meski sebenarnya kekurangan. Ada yang merasa kurang diberi banyak, ada yang bersyukur diberi sedikit.

Apakah jadi sukses atau kaya itu dilarang dan buruk? Ya engggaklaaaah silahkan saja jadi kaya dan sukses… apakah dianjurkan hidup miskin? Ya pasti nggaklah… hanya, ingat? Anda bebas memilih. Itulah hak istimewa Anda, Anda ditawari jadi “anak Allah”, memanggil Tuhan dengan “Bapa” tapi Anda juga boleh jadi hamba…. Anda bebas memilih kualitas yang tersedia.. Sikap Anda penting… lepas dari apakah Anda kaya atau miskin.

PL penuh dengan kisah sebab akibat, PB sarat dengan kasih karunia, konsep diberkati adalah cinta Tuhan yang dinamis tapi kekal…. Nggak peduli siapa Anda dan nasib yang menimpa Anda. PL cerita kehebatan orang2 dulu yang diloloskan dari bahaya, PB penuh cerita tragis pengikut Yesus yang dianiaya, tewas mengenaskan. Tidak kebal. Tapi hidup dan bercahaya. Pengikut Yesus di PB nggak ada yang kaya raya.. Menang dengan standarisasi yang sama sekali lain.

Kekayaan bisa saja harta atau uang,,, tapi bisa juga kesadaran, kesempatan, kemampuan menikmati serta cinta, keselamatan dan hidup sebagai hal yang paling utama. 


Andreas & Petrus 

18 Juli 2011

JANGAN TAKUT

Aku pernah alami itu, ketakutan yg aneh kurasa. Takut ditinggalkan, tak dihargai, tak diharapkan… takut keterasingan. Dalam sharing dengan berbagai orang terbukti aku tidak sendiri alami ketakutan. Beberapa kasus ketakutan yang disebabkan faktor luar dan dari dalam diri orang kudapati mereka alami rasa takut yang variatif dan lebih parah.

Seorang istri, meski nggak genit atau binal, pasang susuk supaya ia tetap menarik serta mengikat suaminya, sekaligus cegah suami selingkuh. Sang istri takut kehilangan suami.
Seorang pelajar tega membunuh siapapun yang dianggap lawan kelompoknya, ia takut kehilangan gang-nya. Kekasih dengan kepala dan darah dingin habisi pacar karena jatuh cinta sama orang lain. Orang bisa takut kehilangan jabatan, kelompok, takut tua, takut ketahuan kedok dan jahatnya… seabreg contoh siksaan ketakutan. Anda tinggal pilih sesuai ketakutan yang Anda sukai….

Anda toh mungkin tidak sadar bahwa tak mungkin menyukai ketakutan, tapi penolakan kita malah sering memperkuat tercekamnya hati.
Diluar kemauan dan kemampuan pintu gerbang rasa takut Anda buka lebar-lebar
Koq bisa gitu? Ya ndak tau kenapa? Itulah yang disebut masalah. Aku nggak ngerti teori-teori psikologi, jadi ya maaf kalau Cuma sharing pengalaman pribadi.
Mari kita ngomong soal takut sendirian. Kadang bukan berupa takut bahaya, tapi ketidaknyamanan. Kesepian. Gelisah panjang. Kebanyakan ini disebabkan faktor dari dalam diri, meski nggak semua. Kalau orang butuh cinta, fasilitas, kemapanan dan terwujudnya hasrat atau keinginan, faktor dari luar yang sangat berpengaruh.

Ada juga ketakutan berlebihan yang nggak masuk akal terhadap sesuatu, disebut phobia. Aku pernah liat teman yang takut setengah mati jika ketemu ayam! Ada lagi taku lihat jeruk, kecoa atau ulat, ular…. (dalam arti sebenarnya lho, bukan simbolis he he he)

Ada teman yang jago berkelahi tapi takut tidur sendirian… harus ada orang lain seruangan sama dia walau nggak mesti seranjang! Kalau ketakutan terhadap hantu aku ogah membahasnya ha ha ha ha

Gimana mengatasi rasa takut? Aku punya pengalaman pribadi (empiris). Jangan takut, akan kubagikan pengalaman ini secara gratis. Jika metodeku nggak efektif ya jangan marah, namanya juga gratis… he he he he

Sadarilah bahwa pemberani sejatipun mesti kenal rasa takut. Supaya nggak jadi sombong. Supaya tetap waspada dan siap. Pemberani nggak kenal takut itu jagoan palsu dan pasti bego. Tugasmu menjaga supaya semuanya tak berlebihan. Selama ketakutan itu wajar it’s okay. Perasaan dan akal diusahakan seimbang. Sadarilah juga bahwa pada dasarnya manusia itu sendirian. Ada ruang di hati manusia yang tak terjamah kecuali oleh diri sendiri dan penciptanya. Saat ruang hati tadi muncul dan menguasai, Anda sendirian. Jika mati nanti yang mengantar bisa banyak orang, sesudahnya Anda sendirian. Itulah gambaran sekaligus kenyataan.

Bila ketakutan mencekamku akal sehatku mulai melihat semuanya… sumber rasa takut itu kuperhatikan secara focus. Aku melawan dengan tidak menghindarinya!
Aku tersinggung dengan ketidakberdayaanku. Bosan dengan mentalku yang lemah. Sedikit demi sedikit dan tentu tidak gampang aku mulai melawan rasa takut. Waktu aku takut ketinggian tahap demi tahap kutekuni berada di tempat-tempat tinggi
Waktu aku trauma karna habis ditabrak motor, rasanya gentar hadapi lalu lintas ramai, tapi aku malah terapi pribadi dengan menyusuri tiap-tiap jalan raya yang padat lalu lintasnya……

Semuanya tak selalu gampang, tapi aku sering menang pada diri sendiri yg dicekam ketakutan…. Melihat hal yang menakutkan itu dan menyambutnya, mengatasinya, tidak menghindarinya. Kenyataan pahit bisa saja lebih menguntungkan dari mimpi terindah….

Akhirnya aku kutip kalimat pria ganteng plus gondrong dari Nazareth, Yesus Kristus yang berkata JANGAN TAKUT… ia katakan itu ribuan kali… sempat juga dikatakan berulang kali oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II… JANGAN TAKUT 


Andreas & Petrus 

14 Mei 2011

KERUSUHAN MEI 1998 dan BUNGA MAWAR

Ini adalah pembunuhan massal berencana! Di negeri yang Pancasilais dan sok paling religius. Pembunuhan itu kejahatan besar dan lebih besar bila itu direncanakan, massal lagi… kebiadaban tingkat tinggi, apalagi ditambah pasal-pasal tambahan : penganiayaan, pemerkosaan, pengrusakan, perampokan, pencurian fitnah, penyangkalan, pelenyapan bukti kejahatan, kebohongan publik…. Dan lain-lain

Menuliskan hal ini sungguh tak mudah buat saya. Tapi saya harus menuliskannya meski tak bisa mewakili seluruh amarah, dendam, luka atau tak juga bisa menguak fakta yang gelap. Ibaratnya mencari jarum dalam jerami di ruang gelap gulita. Data sungguh sulit dicari, begitu peka dan rawan kasus ini, maka saya hanya bisa kutip rangkaian berita pada saat itu sebagai acuan. Saya ambil dari wikipedia dan Kompas.com Saya menulis hal ini untuk ingatkan bahwa keadilan telah lama hilang.

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei - 15 Mei 1998, khususnya di ibu kota Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti.

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan (saya lebbih suka menyebutnya sebagai pembantaian), pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya.

Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer datang kemudian. Terjadilah penembakan di kampus. Kejadian ini menewaskan enam mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.

Enam mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, tewas terkena peluru tajam yang ditembakkan aparat keamanan sewaktu terjadi aksi keprihatinan ribuan mahasiswa yang berlangsung di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (12/5). Keenam mahasiswa itu tertembak sewaktu berada di dalam kampus oleh berondongan peluru yang diduga ditembakkan oleh aparat yang berada di jalan layang Grogol (Grogol fly over). Puluhan mahasiswa lainnya menderita luka-luka berat dan ringan.Nama para korban adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur, angkatan 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin, angkatan 95) luka tembak di punggung, Hendriawan (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, angkatan 96) luka tembak di pinggang, Vero (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), dan Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil, angkatan 95) luka tembak di kepala.

Setelah itu massa yang bersimpati pada perjuangan mahasiswa mulai marah dan siap memuntahkan amarah pada tentara atau aparat negara. Aniaya terhadap mahasiswa adalah pemicu energi massa yang cenderung meluas. Logikanya rakyat akan menggempur orde baru dan seluruh instrumennya. Tapi semua itu dibelokkan. Ada pengalihan (divert). Massa jadi marah pada etnis China. Jadi tak masuk akal tapi benar-benar terjadi. Pecah kerusuhan!

Koq bisa ya?!

Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa — terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa.. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut.. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Tak hanya itu, seorang aktivis relawan kemanusiaan yang bergerak di bawah Romo Sandyawan, bernama Ita Martadinata Haryono, yang masih seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena aktivitasnya. Ini menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam Kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadis. Ini disengaja. Ini direncanakan

Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi". Peristiwa ini mirip dengan Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938 yang menjadi titik awal penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada pembunuhan massal atas mereka di hampir seluruh benua Eropa oleh pemerintahan Jerman Nazi.
Tidak lama setelah kejadian berakhir dibentuklah Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki masalah ini. TGPF ini mengeluarkan sebuah laporan yang dikenal dengan "Laporan TGPF"

Mengenai pelaku provokasi, pembakaran, penganiayaan, dan pelecehan seksual, TGPF menemukan bahwa terdapat sejumlah oknum yang berdasar penampilannya diduga berlatarbelakang militer. Mereka seperti kesetanan, entah dibawah pengaruh apa, memperkosa dan membunuh, terus melenyapkan jenazah korban sebagai modus penghapusan jejak

Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta yang sebenarnya yang terjadi dengan mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut.

Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun demikian umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian terhadap orang Tionghoa

Kesimpulannya memang jauh dari memuaskan, yang jelas iblis ikut bermain. Ini ada dalangnya, dilakukan kelompok dengan tujuan politis, punya akses dan jaringan luas. daya hasut tinggi, punya kemampuan mengkondisikan situasi. Seorang dukun bahkan mengaku terlibat diminta membantu dengan kuasa gelap untuk membuat massa beringas. Meski tidak usah menyebut siapa oknum atau lembaganya kita paham gaya atau cirri-cii pelaku.
Kita bukan makhluk bodoh. Kita menunggu tersangka jadi terdakwa dan akhirnya dipidana.

Mungkinkah itu?


Mungkinkah itu? 


Andreas & Petrus 

22 Maret 2011

WADAH TUHAN

Hal apa yang disebut sebagai kesamaan dalam perbedaan agama? Jawabnya adalah kemanusiaan. Siapapun bebas menyangkal hal ini seiring dengan kebutuhan mendesak perlunya tindakan nyata mengatasi berbagai tragedi kemanusiaan dewasa ini.

Agama samawi itu berusaha “memanusiakan” manusia. Memulihkan harkat dan martabat hidup, meski kenyataannya tidak begitu. Sebagai lembaga agama masih diperlukan (Kalau kubilang nggak diperlukan lagi, nanti banyak orang akan marah… he he he he). Sebagai kekuatan moral inti agama adalah kemanusiaan. Kembalinya citra Allah. Itulah maksudnya.

Akankah tiba saatnya orang beragama tidak diukur berdasarkan acara ritual keagamaan, KTP dan ibadah semu sedalam kulit, tapi bertumpu sejauh mana ia (manusia itu) menampilkan citra sang penciptanya?

Tentu saja tak perlu bikin agama baru, karena dah kebanyakan… he he he he toh dunia dan kehidupan tak lebih baik. Tragedi akan terulang meski tak diharapkan..
Apakah akan muncul semangat baru memanusiakan manusia?

Kemunafikan begitu membosankan. Dunia menanti hadirnya orang-orang baik, bukan menunggu datangnya orang-orang beragama. Siapa rindu mencapai-masa-masa dimana kemanusiaan jadi spiritual baru semua agama tanpa kehilangan kesetiaan perorangan atau kelompok pada agama masing-masing? Siapa mau mengharapkan hal itu?

Adakah orang-orang yang jenuh dan kecewa karena Tuhan yang dikotak-kotakkan oleh manusia sejak dulu? Akankah kita bersatu memulihkan kemanusiaan ini? Tentu saja bukan sekedar membuat “kotak” baru wadah Tuhan….
Mungkinkah itu? Tanyakan pada Bob Dylan dan Ebiet G Ade

(Tulisan ini dibuat tahun 2002)

Andreas & Petrus

23 Februari 2011

I Know You So Well

Lebih enak mana, membuat orang lain untuk berjanji kepada kita lalu menagih janji orang tersebut atau membuat dan menepati janji kita sendiri? Kalau pertanyaannya lebih enak mana, bisa jadi lebih enak yang pertama, toh? Lebih enak menagih janji teman yang berulang tahun untuk mentraktir kita daripada kebalikannya atau menagih hadiah atas keberhasilan kita naik kelas daripada menepati janji untuk tidak curang dalam mendapatkan nilai baik.
Untuk membuat janji, mungkin bukanlah perkara sulit bagi kebanyakan orang. Orang bahkan bisa saja mengumbar janji tanpa keseriusan apalagi rencana untuk menepatinya. Jadilah dia dicap OmDo alias Omong Doang atau lebih serius lagi dan sedang tren sekarang, dicap Pembohong. Dicap OmDo saja bisa membuat telinga panas apalagi dicap Pembohong. Coba bayangkan, jika anda punya hutang lalu berjanji akan membayarnya minggu depan tapi ternyata, hingga bulan depan anda masih belum melunasi hutang anda. Nah, jika kemudian anda digelari 'Pembohong', kira-kira bagaimana perasaan anda? He he he...
Berbohong mungkin hanya jadi masalah kecil saat kita kanak-kanak. Kita berbohong pada orang lain bahwa mangga yang kita bawa adalah pemberian orang, faktanya, kita mencuri mangga tersebut. Ramai-ramai pula dengan teman-teman (jangan-jangan kebiasaan mencuri ramai-ramai seperti yang dilakukan banyak pejabat sekarang adalah buah dari mencuri kolektif di masa kecil. He he he). Mencuri, apapun itu atau kapanpun itu, dengan alasan apapun, jelas merupakan dosa. Apalagi jika diikuti dosa lain seperti berdusta untuk menutupi perbuatan mencuri tadi. Wah, itu sama saja menyelesaikan masalah dengan problem!
Kembali ke perihal janji, ada kalanya ingkar janji itu bisa dimaklumi. Ayah saya seorang pelupa. Jadi ketika ia kerap lupa akan janjinya, kami bisa memaklumi. Tapi ayah saya konsekwen. Ia akan segera membayar janjinya, kalau bisa saat itu juga, mumpung dia ingat. Nah, kalau ayah saya cuma membayar janjinya dengan janji lain kemudian ditambal dengan janji lainnya atau menjanjikan janji lainnya, wah... pasti beda ceritanya. Daripada memaklumi dan pusing menunggu janji-janjinya, lebih pasti saya memanggil ayah saya, 'ayah pembohong'. Begitulah, jangan sampai janji yang anda sebar hanya berbuah kebohongan. Itulah yang kerap terjadi di ranah politik (negara kita). White lies, black lies... sama saja. Janji-janji wakil rakyat saat ini, ahh... capek dengernya, coz i know you so well.....


Andreas & Petrus 

05 Agustus 2010

Sekolah atau Pendidikan?

Pendidikan yang baik itu yang gimana? Secara awam, menurut saya pendidikan yang baik adalah sebuah proses pengajaran dimana metode yang dijalankan membuat orang bodoh jadi pintar, dan yang pintar tambah kepandaiannya. Memang naïf sih… tapi itulah pondasinya, itulah dasarnya Pendidikan itu mutlak perlu, yang tidak mutlak adalah bentuknya. Boleh formal, informal atau nonformal…

Mari kita bahas yang formal dulu yaitu sekolah. Mulai dari SD (yang kabarnya gratis itu) gimana situasinya. Pemerintah menempuh kebijakan mulia SD gratis dalam arti SPP, beberapa subsidi juga diberikan. Sisanya tugas orang tua: biaya transport, buku-buku (yang ini juga sumber keanehan, katanya dikasih/dipinjemi, tapi koq masih beli juga), iuran ini dan itu, ada-ada saja alasan terjadinya pungutan resmi atau liar… trus orang tua juga perlu ngasih uang saku buat jajan anak-anak mereka. Kenapa murid perlu dikasih uang jajan? Ya iyalah… bapak-bapak aja suka jajan, masak anak-anak nggak boleh jajan?
Artinya pendidikan itu mahal bro…. Di Indonesia, pendidikan adalah pengeluaran termahal setelah kesehatan. Itu SD, TK aja dah jor-joran.

Apakah itu salah? Nggak tau deh…. Kayaknya bukan begini sebaiknya. Selain mahal, sekolah-sekolah itu kebanyakan melupakan pondasi atau dasar pendidikan seperti alinea pertama di atas. Anak-anak dikumpulkan untuk bersaing di “penjara” yang disebut sekolah…si bodoh akan repot mengimbangi si pandai, mereka terkondisi untuk semakin terpuruk karena sistim yang salah, samasekali ini bukan salah mereka, tapi sistim.
Sementara itu yang pandai jumlahnya relatif lebih sedikit daripada yang bodoh. Para murid pandai termasuk kategori beruntung, dipuja dan dibanggakan oleh mereka yang menganggap sekolah sebagai mahadewa, sumber gengsi dan kesombongan. Mereka yang bodoh tidak 100 % pantas disebut bodoh, lebih tepatnya “tidak bisa,” Banyak faktor yang membuat orang tidak bisa.

Lagian, kenapa sih pelajaran kelas 4 sudah dijejalkan pada siswa kelas satu?! Kenapa murid kelas 4 SD harus melahap mata pelajaran yang (dulu) diperuntukkan anak SMP?!
Kenapa mata pelajaran begitu banyak meski baru kelas satu? Kenapa orang tua harus “ikut” sekolah? Banyak orang tua sewot ngajarin anaknya dan heran koq sekarang jadi sulit? Memang, tanggung jawab pendidikan bukan hanya milik pemerintah, lembaga dan guru, tapi juga peranan orang tua…..tapi haruskah serepot ini?

Sadarkah bahwa sekolah telah jadi “penjara?” (tanda kutip ini perlu sebagai renungan bukan sumber perdebatan) Penjara di sini bisa pencitraan (image), alangkah hinanya tidak sekolah. Sekolah penting, tapi yang utama adalah pendidikan dengan cara mengajar yang ideal. Yang ideal itu yang gimana? Lho itu tugas orang-orang pintar untuk merumuskannya, bukan tugas saya yang awam. Percuma dong saya menggaji banyak orang pintar melalui pajak yang saya bayar.

Jangan sampai anak-anak dirampas hak asasi-nya yaitu, bermain…karena tugas yang terlalu banyak dan terlalu dini diterapkan. Kalau itu terjadi, maka, sekolah itu identik dengan penjara….. 


Andreas & Petrus