31 Agustus 2011

Suri Idola

Masih segar dalam ingatan ketika Irfan Bachdim, Cristian "El Loco" Gonzales, dan Briptu Norman Kamaru menjadi idola baru. Gejala fenomenal ini dipicu oleh banyaknya pemberitaan oleh media massa khususnya elektronik. Popularitas Irfan Bachdim dan Gonzales yang meroket masih masuk di akal dikarenakan prestasi olah raga sepak bola (dan keelokan parasnya) yang disukai khususnya oleh kebanyakan wanita Indonesia. Namun popularitas Briptu Norman yang meroket bak rudal jenis Scud, karena aksinya bernyanyi sambil berjoget India, buat saya tidak masuk akal. Berita terakhir (19 April 2011), penggugah video aksinya di Youtube sudah tembus angka 200 ribuan!

Buat saya, yang menjadi tidak masuk akal adalah bagaimana saat ini menjadi orang terkenal seakan mudah sekali. Bisa dibilang dengan modal 'dengkul' saja orang bisa terkenal dalam waktu singkat. Tidak pandang bulu siapa dan usia berapa. Tidak mesti wajar dan sopan. Tanpa aturan dan kriteria. Semua bisa diunggah atau dinikmati, hampir tanpa saringan. Membius dan menggoda. Surga dan Neraka jadi satu. Ha ha ha...

Saat video unggahan Sinta & Jojo menyanyikan lagu "Keong Racun" booming, masyarakat latah menyaksikan, mengunduh, atau beli keping cd video tersebut yang menurut saya -maaf- biasa-biasa saja. Itu tidak masuk akal buat saya.

Ketika video Ariel, Luna & Cut Tari "beraksi" beredar luas sekali di jagad maya, masyarakat juga berbondong-bondong -walaupun mengaku tidak sengaja- menyaksikan, mengunduh, atau beli keping cd video tersebut. Tak kalah boomingnya ketika artis porno Jepang, Miyabi, mau datang ke Indonesia. Kakinya belum menapak saja, hebohnya sudah dahsyat bukan kepalang... Nah, ini lucunya, walaupun keempatnya, Ariel-Luna-Cut Tari-Miyabi- dihujat dengan dahsyat oleh kebanyakan para 'penikmatnya' tadi, secara statistik traffic pengunjung & pengunduh video atau foto 'aksi' mereka tinggi sekali. Begitu tingginya statistik tersebut sehingga mampu mendongkrak Indonesia menjadi peringkat ke-3 dunia sebagai pengakses situs/video porno. Statistik tadi belum termasuk mereka yang beli CD videonya atau dapat gratisan dari handphone teman, loh... he he he... Artinya, di dunia 'nyata' mereka dihujat namun di dunia maya mereka terbukti secara statistik menjadi idola. Kelucuan lainnya adalah, yang ini kok justru masuk akal buat saya. he he he...

Anda bisa membandingkan popularitas Aung San Suu Kyi dengan Lady Gaga saat ini. Atau dengan sesama musisi seangkatan lainnya, Katy Perry, misalnya. Sama-sama wanita, penyanyi, penulis lagu, cantik, seksi, dan sama-sama punya rekor dalam karir musik, sama-sama jadi idola, tapi sikap kontroversial membuat Gaga justru semakin diidolakan.

Sekarang ini menjadi idola masyarakat tampaknya menjadi semakin mudah, bahkan jauh dari mustahil. Menjadi teladan masyarakat justru kebalikannya, menjadi semakin sulit. Idola adalah mereka yang dipuja puji. Seringkali mengundang histeria massa. Keteladanan justru seringkali kebalikannya. Ia bersahaja dan cenderung jauh dari hiruk pikuk namun membekas dalam. Seorang teladan bisa menjadi seorang idola. Tapi seorang idola belum tentu bisa menjadi teladan. Kepopuleran seorang idola atau menjadi idola selalu menggoda. Keteladanan lebih terdengar membosankan. Idola adalah keberanian menjaga atau menghancurkan citra diri. Keteladanan adalah keberanian menjaga hati dan kemurnian.


Minal Aidin Wal Faidzin. Selamat Idul Fitri 1432 H.


Andreas & Petrus 

Tidak ada komentar: