15 Januari 2011

GERNAS

Saya tergetar melihat berita televisi yang ketika itu menyorot banjirnya suporter Timnas sepakbola Indonesia di perebutan piala AFF yang lalu. Seluruh tiket pertandingan yang digelar di Gelora Bung Karno, ludes. Halaman luar stadion, penuh sesak. Tempat-tempat yang menggelar acara nonton bola bareng, riuh ramai. Penonton di rumahpun tak kalah antusiasnya. Mereka yang bukan penggemar sepakbolapun mendadak heboh. Dahsyat!
Tanpa direncanakan, ini menjadi gerakan nasional yang lahir dari kemurnian hati. Dahaga & dendam rindu yang terpuaskan oleh momen-momen seperti ini. Menggetarkan.
Terakhir kali saya melihat gerakan seperti ini adalah ketika kasus ibu Prita Mulyasari vs RS OMI Bintaro. Kasus Daud dan Goliath ini memicu simpati masyarakat sedemikian besarnya hingga melampaui logika. Bayangkan, koin rupiah yang biasa disepelekan bisa terkumpul dari berbagai pelosok negeri hingga milyaran rupiah.
Kesadaran bahwa kita semua memiliki sesuatu yang sama, kebanggaan menjadi bagian dari sesuatu yang penting, solidaritas, menjadi benang merah momen-momen ini. Bayangkan jika gerakan nasional ini lebih panjang jangka waktunya atau bahkan permanen.
Satu fakta lagi, gerakan nasional ini berawal dari akar rumput. Bukan karena akar rumput ini kuat dan mudah menyebar, tapi karena saat inilah, di negeri megah ini, hanya akar rumput yang masih memiliki hati. Maju terus Indonesiaku.

Andreas & Petrus