Tampilkan postingan dengan label suka-suka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label suka-suka. Tampilkan semua postingan

21 Maret 2022

Eben : Kisah Seekor Anjing dan Toa Uwu

Cinta adalah suatu penyakit, orang yang dihinggapinya tidak pernah ingin disembuhkan - Jalaluddin Rumi

Ini hanya sebuah cerita fiksi tanpa maksud menyinggung SARA apapun. Jangan diambil hati, ambil aja hikmahnya (kalau ada).
Di suatu kampung kota, hiduplah seekor anjing yang dinamai majikannya, Eben. Jenis anjingnya sengaja tidak saya sebutkan untuk menghindari anggapan pelecehen terhadap jenis anjing tertentu. Eben berbadan besar, bulunya hitam, gonggongannya nyaring. Tipe anjing penjaga rumahlah. Pemilik rumah besar, sekaligus tentunya, majikan Eben adalah laki-laki berperawakan besar juga tapi ramah. Kebetulan dia orang kristiani. Si pemilik sangat sayang kepada Eben, anjingnya.

Eben ini punya kebiasaan menggonggong keras-keras bahkan saat tidak ada orang lewat sekalipun. Entah karena dia kelewat pede karena perawakannya seram, entah caper, atau baper sama kucing lewat. Atau bisa jadi itu sinyal yang diberikan Eben buat majikannya, bahwa dia siaga menjaga rumah besar. Hehehe... Mungkin aja kan... namanya juga cerita anjing.
Begitulah Eben, walaupun punya kebiasaan yang bisa mengganggu kenyamanan tetangga tetapi dia setia dan siaga. Manusia aja bisa punya kekurangan, apalagi anjing.

Suatu hari, berjarak 3 rumah dari rumah Eben, dibangunlah sebuah mushola. Nah, tau sendirilah kebiasaan si Eben. Sepi aja dia rajin menyalak apalagi pas banyak orang lalu lalang. Jadilah selama setengah bulan pertama pembangunan mushola, si Eben rajin menyalak dari pagi sampai sore. Lebih sering dan lama dari biasanya. Telinga tetangga sudah pasti sakit aja. Untung dekat rumah Eben tidak ada bayi atau lansia. Pun mereka sudah maklum dengan kebiasaan Eben. Mereka kenal Eben, walaupun dia seram tetapi hatinya baik. Eben dengan lolongannya, pernah lebih dari sekali, mencegah pencurian motor di rumah-rumah tetangga. Warga sekitar jadi cukup paham, kalau Eben melolong panjang dan berulang kali, bisa jadi ada maling motor. Hal yang cukup aneh terjadi di setengah bulan berikutnya. Eben tidak sesering sebelumnya menggonggongi orang yang lalu lalang membangun mushola. Dia malah seperti berubah nyaman dengan adanya keramaian pembangunan dan orang-orang yang lalu lalang. Hmm... bisa jadi kebiasaan Eben tadi itu memang karena caper aja ya. Karena ketika banyak yang perhatiin Eben, berisiknya jadi berkurang banyak. Dasar anjing.

Singkat cerita, pembangunan mushola hampir selesai. Lalu satu ketika datanglah 1 truk membawa peralatan sistem suara dan toa besar yang akan dipasang di atas mushola. Eben memperhatikan truk lewat dengan ekor bergoyang-goyang dan sesekali menyalak. Mungkin dia mau ngomong, "Welcome!" Terserah lo lah, ben. Saat toa besar itu dicoba seseorang : "tes-tes...satu, satu...tes-tes...", mata Eben membelalak dari balik pagar besi. Moncongnya melebar. Jantungnya berdebar. "Aku jatuh cinta pada pendengaran pertama.", kata naluri Eben. "Toa itu... uwu... Badannya kecil tetapi suaranya indah. Suaranya bisa mengimbangi ringkinganku. Bahkan bisa lebih keras dariku. Keras tapi merdu... Guk! I'm in love!" Hati Eben berbunga-bunga seketika. Keinginannya untuk caper meluap lagi. Inikah rasanya anjing jatuh cinta? Tanpa tertahan lagi, Eben tiba-tiba melolong! Mendadak sontak warga dan pekerja mushola yang mendengarnya menjadi terkejut dan gaduh. Dikira ada maling motor! Eben...Eben... Yang jatuh cinta siapa, yang kalang kabut siapa... Dasar anjing (jatuh cinta).

Saya cukupkan ceritanya sampai sini walaupun bisa saja dikembangkan, dipelintir, dipolitisir...loh kok? Hehehe...
Karena walaupun pendek, cerita ini syukurlah punya hikmah yaitu : Cinta Itu Beneran Buta!

>>>Pembaca yang budimantul, berikan dukungan anda kepada kami dengan membaca, membeli karya, dan berdonasi (berapa aja) di Karyakarsa.com/Jalahati. Makasih sebelumnya<<<

Baca juga artikel menarik kami di Karyakarsa.com/Jalahati


21 Desember 2016

B E R I

berilah solusi
bukan khotbah
atau berilah
khotbah solusi

tak harus ada kisah inspiratif
dan kalimat super
pencerahan memang indah dan perlu,
tapi itu cuma akan jadi pemicu jika tidak ada aksi.
ibarat kokang senjata tapi trigger ga disentuh.

tindakan yg merubah
tindakan solusi

jika cuma bisa mendoakan jangan ragu itu lebih baik daripada khotbah yg bukan solusi

20 Desember 2016

Hidup adalah Perang

apapun bentuk dan cara kampanye positif kemanusian ini sangat luhur.
sadar maupun tidak ini untuk mengimbangi (atau "memerangi?) tindakan atau kampanye negatif.

sebenarnya hal yg paling berpengaruh dan mewarnai dunia adalah perang apapun bentuknya.

perang dan tentara itulah mendominasi.
bahkan sampai kerajaan surga pun punya bala tentara.

alam kewiraan yg abadi...
faktanya perang tetap eksis sampai ranah aspek sosial kehidupan yg paling kecil dan terbatas.

tentu sebagaimana perang yg terus2an, kasih juga kekal

18 Agustus 2015

SINAR JIWA (saduran bebas lagu The Beatles: INNERLIGHT)

Without going out of my door,
I can know all things of earth
Without looking out of my window
I could know the ways of heaven
The farther one travels, the less one knows
The less one really knows

Tanpa keluar dari pintu ,
Aku bisa tahu semua hal di bumi
Tanpa melihat keluar dari jendela
Aku bisa mengetahui jalan-jalan  surga
Sesuatu yang lebih jauh dari semua perjalanan
Sedikit orang yang tau
Semakin sedikit orang  yang benar-benar  menyadari


Without going out of your door
You can know all things on earth
Without looking out of your window
You could know the ways of heaven
The farther one travels, the less one knows
The less one really knows

Tanpa keluar dari pintu Anda
Anda dapat mengetahui segala sesuatu di bumi
Tanpa melihat keluar dari jendela
Anda bisa mengetahui cara surga
Sedikit orang yang tau
Semakin sedikit yang benar-benar  menyadari


Arrive without traveling,
see all without looking
Do all without doing


Tiba tanpa bepergian ,
 Menyaksikan  semua tanpa melihat
Mengerjakan  semua tanpa melakukan

29 Juli 2015

" K L I K "

Kata "klik" sungguh populer dan ajaib. Ada di kamus nggak ya? Rangkaian huruf yang membentuk satu kata untuk menjelaskan suatu bunyi. Asalnya dari bunyi jari tekan tuts keyboard komputer atau jari tekan tombol.


Emang bener bunyinya "klik?"

Tapi memang kini bukan soal bunyi lagi. Klik sudah jadi kata, istilah, bahkan idiom dengan arti sangat luas. Sering Anda disuruh "klik di sini" untuk mengakses link (jaringan internet) pada kebutuhan mengakses. Jika anda menggunakan keyboard non layar sentuh (keyboard konvensional) bunyinya : "tek, tek, tek, tek....." tapi tetap istilahnya "klik" sama halnya gunakan layar sentuh malah bisa variatif bunyi sentuhan jari atau di-silent tetap saja istilahnya "klik." Bahkan dahsyatnya Anda bisa klik dengan lambaian tangan, perintah suara atau gerakan mata pada layar untuk klik saat akses internet. Bukan main!

Untuk meluncurkan peluru kendali berisi bom nuklir bisa dilakukan dengan "klik". Dengan klik "kiamat" bisa diundang. Luar biasa dan bisa luar binasa.

Orang indonesia bilang "dor!" menyebut bunyi tembakan. Orang inggris bilang "bang!" Kita banting pintu "gubraak!" atau "jeger!" Orang ingris bilang "slam!"... gelegar ledakan tetep kata inggrisnya "bang!" Lucu sih enggak, aneh aja.

Hebat memang pengaruh internet dalam kehidupan. Dalam tanda kutip internet bahkan dibenarkan dan dimaklumi ketika "merusak" tata bahasa. Misalnya kata perintah untuk mengakses harus menggunakan huruf kecil ya nggak bisa ditawar: meski nulis huruf pertama nama orang menurut tata bahasa mesti gunakan huruf besar (kapital).

Di media-media sosial tata bahasa berkompromi dengan tuntutan teknologi internet. Khususnya hal-hal yang nggak resmi, coba Anda amati cara penulisan di medsos. Dah jauh berkembang dinamis keluar dari (bahkan melanggar) aturan baku tata bahasa.

Nah, jadi istilah atau kata sering melesat jauh dari makna awal. Klik sebagai idiom sering digunakan untuk menggambarkan kekompakan. Secara prokem "sudah klik" artinya sudah kompak: sejiwa. Klik juga berarti soulmate. Klik artinya paham dan ngerti. Beda lho makna paham dan ngerti.
Tambah aneh tapi nyata kalau di depan kata "klik" ada awalan "nge" jadi "ngeklik" artinya makna idiomnya tambah kental. Nge-klik jadi kata kerja sekaligus kata sifat. Kita ngeklik berarti kita sudah beraksi atau juga menyatu. Kompak. Sharing banyak hal.

Pertanyaannya adalah: kapan kita klik? Kapankah kita "nge-klik?"

27 Februari 2014

Lay down all thoughts, surrender to the void, It is shining, it is shining...

...Namun belum...
Saya belum punya sesuatu untuk dituangkan dalam tulisan atau gambar di blog kesayangan ini, walau ingin. Walau setelah sekian lama. Tapi saya kangen. Jadi, saya ingin berbagi saja beberapa bait puitis dari lagu band idola; The Beatles...

Picture yourself in a boat on a river,
With tangerine trees and marmalade skies
Somebody calls you, you answer quite slowly,
A girl with kaleidoscope eyes.
Cellophane flowers of yellow and green,
Towering over your head.
Look for the girl with the sun in her eyes,
And she's gone.
Lucy in the sky with diamonds.
        ( Lucy In The Sky With Diamonds)

Living is easy with eyes closed, misunderstanding all you see.
It's getting hard to be someone but it all works out, it doesn't matter much to me.
No one I think is in my tree, I mean it must be high or low.
That is you can't you know tune in but it's all right, that is I think it's not too bad.
Let me take you down, 'cause I'm going to Strawberry Fields.
Nothing is real and nothing to get hungabout.
Strawberry Fields forever.
        (Strawberry Fields Forever)

Half of what I say is meaningless
But I say it just to reach you, Julia.
Julia, Julia, ocean child, calls me
So I sing a song of love, Julia
Julia, seashell eyes, windy smile, calls me
So I sing a song of love, Julia.
Her hair of floating sky is shimmering, glimmering,
In the sun.
        (Julia)

Something in the way she moves
Attracts me like no other lover,
Something in the way she woos me.
Somewhere in her smile she knows
That I don't need no other lover.
Something in her style that shows me.
Something in the way she knows
And all I have to do is think of her,
Something in the things she shows me.
        (Something)

Lovely Rita meter maid,
May I inquire discreetly,
When are you free,
To take some tea with me.
Took her out and tried to win her,
Had a laugh and over dinner,
Told her I would really like to see her again,
Oh, lovely Rita meter maid,
Where would I be without you,
Give us a wink and make me think of you.
        (Lovely Rita)

There were bells on a hill
But I never heard them ringing
No I never heard them at all
Till there was you
There were birds in the sky
But I never saw them winging
No I never saw them at all
Till there was you
Then there was music and wonderful roses
They tell me in sweet fragrant meadows of dawn and you
There was love all around
But I never heard it singing
No I never heard it at all
Till there was you
        (Till There Was You)

If I fell in love with you
Would you promise to be true
And help me understand
'cause I've been in love before
And I found that love was more
Than just holding hands.
        (If I Fell)

Here, making each day of the year
Changing my life with the wave of her hand
Nobody can deny that there's something there.
There, running my hands through her hair
Both of us thinking how good it can be
Someone is speaking but she doesn't know he's there.
I want her everywhere and if she's beside me
I know I need never care
But to love her is to need her everywhere
        (Here. There, And Everywhere)

Dear Prudence open up your eyes
Dear Prudence see the sunny skies
The wind is low the birds will sing
that you are part of everything
Dear Prudence let me see you smile
Dear Prudence like a little child
The clouds will be a daisy chain
So let me see you smile again
        (Dear Prudence)

Words are flowing out like endless rain into a paper cup,
They slither while they pass, they slip away across the universe
Pools of sorrow, waves of joy are drifting through my open mind,
Possessing and caressing me.
        (Across The Universe)

Turn off your mind, relax and float down stream,
It is not dying, it is not dying.
Lay down all thoughts, surrender to the void,
It is shining, it is shining.
Yet you may see the meaning of within
It is being, it is being.
Love is all and love is everyone
It is knowing, it is knowing.
And ignorance and hate mourn the dead
It is believing, it is believing.
But listen to the color of your dreams
It is not leaving, it is not leaving.
So play the game "Existence" to the end
Of the beginning, of the beginning.
    (Tomorrow Never Knows)

Semoga mengobati kerinduan. Enjoy!

20 Mei 2012

Could It Be, Raisa

 
Anda mungkin sudah tahu Raisa Andriani atau lebih dikenal dengan Raisa, pelantun tembang "Serba Salah"," Could It Be", atau" Apalah (Arti Menunggu)". Wajah baru di dunia musik Indonesia yang juga didaulat menjadi bintang pariwara salah satu merk shampoo terkenal. Saya termasuk yang terlambat menyadari kehadirannya. Saya tahu Raisa lebih dulu sebagai model iklan Shampoo. Di iklan tersebut disebut; Raisa, penyanyi. Penyanyi di mana dan kayak apa? Begitu pikir saya. Apakah mungkin alumnus Idol (Indonesian Idol) atau ajang kontes nyanyi sejenis? Tapi kok... namanya bukan Raisa Idol, Raisa KDI, atau lainnya. Raisa aja tanpa emblem apa-apa... Dari sinilah saya mulai mencari tahu dan begitu tahu... saya langsung klepek-klepek alis jatuh cinta. Uhuy!

Bagi saya kehadiran Raisa di blantika musik Indonesia -sejak setahun lalu- sangatlah menyejukkan. Ga terdengar atau terlihat di ajang-ajang pencarian bakat yang marak dan tayang di televisi, tiba-tiba muncul dengan aura superstar yang kuat namun anggun. Kehadirannya (dan kualitas musikalnya) seperti Afgan ketika muncul pertama kali. Tiba-tiba muncul, mengejutkan karena kualitas musik di atas rata-rata, lalu meroket karena aura bintang yang ia miliki. Banyak penyanyi senior, antara lain Armand Maulana, yang angkat jempol tinggi-tinggi namun sekaligus 'bingung' dengan Afgan. "Ini anak ajaib muncul tiba-tiba dari mana sih?" atau "Lo ke mana aja sih selama ini?", begitu kelakarnya. Raisa yang pernah tampil di ajang bergengsi Java Jazz Festival dan Java Soulnation Festival 2011 ini banyak terpengaruh oleh Brian McKnight, JoJo, Joss Stone, Alicia Keys, Mariah Carey sampai Whitney Houston ini.

Kesuksesan ini didorong oleh keberanian tiga musisi muda Indonesia dalam melepas warna berbeda, di luar tren saat ini. Asta Andoko (personil band RAN), Ramadhan Handy, dan Adrianto Ario Seto (keduanya personil band Soulvibe) sukses memproduseri album perdana Raisa yang bertajuk "Raisa (Self Titled)".


Menyejukkan. Di tengah kepungan trend Boyband dan Girlband ala K-Pop atau Band-band 'Melayu', muncul Raisa dengan suara yang merdu dan empuk, groovy, lagu & liriknya pun berkelas, dan tentu saja, enak banget melihat Raisa bernyanyi. Jangan salah, saya ga anti dengan band atau lagu Melayu. Saya hanya tidak suka band dan lagu yang jelek. Boyband atau Girlband karbitanpun silakan tapi jangan asal. Saya apalagi tidak suka jika ada yang mengatakan lagu Melayu (termasuk Dangdut) 'lebih Indonesia'. Buat saya itu hanya bahasa industri atau bahasa dagang supaya lagu (atau band) Melayu laku di pasaran. Ingat, musik adalah bahasa universal, bung!

Saya teringat, dulu Norah Jones juga membawa angin segar di blantika musik mancanegara pada tahun 2000-an. Ia mengusung musik yang jazzy di tengah trend musik 'ramai' di kala itu. Tahun 2003, album perdananya "Come Away With Me" yang antara lain berisi tembang "Don't Know Why", "Turn Me On", dan "Come Away With Me" sukses diganjar 5 Grammy Awards dan berbagai penghargaan bergengsi lainnya. Album kelimanya "Little Broken Hearts" baru saja rilis awal Mei 2012. Hingga kini albumnya terjual lebih dari 40 juta kopi di seluruh dunia.

Saya tidak ingin membandingkan Raisa dengan Afgan atau Norah Jones atau artis lainnya. Saya hanya bahagia dengan kehadiran Raisa. Tentu, saya ingin Raisa bisa berprestasi seperti mereka, diakui (kalau bisa sampai mancanegara seperti Anggun atau Agnes Monica), dan meraih sukses panjang. Jarang banget loh artis atau penyanyi solo wanita Indonesia yang eksis panjang seperti Vina Panduwinata, Waljinah atau Titiek Puspa. Jadi, mengapa Raisa tidak...





(petrus petoe 2012)

18 Mei 2012

Stories Of Us

If your mouth won't tell, your body, even bones will...



Satu tim saintis di Jeffersonian Institute di kota Washington D.C. Amerika Serikat, sekali lagi berhasil membantu FBI dalam mengungkap sebuah kasus penemuan tanpa sengaja tulang belulang manusia di dalam cetakan semen yang telah mengeras. Mengandalkan keahlian dan ketekunan para saintis serta kecanggihan teknologi di Jeffersonian, FBI sukses memecahkan misteri tersebut. Para ahli di Jeffersonian ini sebagian besar adalah terunggul di bidangnya. Salah satunya adalah Dr. Temperance Brennan, seorang forensik antropologis brilian dan cantik. Tulang apa saja termasuk tulang ceker ayam kegemaran saya. Orangnya to the point, pemikirannya tajam, pembuktian atas analisanya bisa dikatakan akurat 100%. Dari 1 kerat tulang, ia bahkan bisa 'membaca' hobi atau sejarah seseorang.

Tak hanya itu, FBI juga dibantu satu tim lain dengan keahlian yang berbeda dan tak kalah unik. Tim ini dikomando oleh Dr. Cal Lightman, seorang yang ahli dalam 'membaca' mimik wajah dan gesture (bahasa tubuh) orang. Bahasa tubuh di sini bukanlah bahasa isyarat yang sengaja dibuat untuk berkomunikasi tapi reaksi atau gerak tubuh spontan yang dibuat oleh seseorang. Mimik dan gesture spontan ini selalu jujur, sehingga meskipun mulut anda fasih berbohong namun Dr. Cal Lightman akan mengetahui bahwa anda berbohong. Ia ibarat natural lie detector. 

Jeffersonian Institute dan kedua tokoh di atas memanglah tokoh-tokoh fiktif dalam 2 serial televisi Amerika; "Bones" & "Lie To Me", namun tidak demikian dengan kemampuan istimewa kedua orang tadi. Ilmu tentang tulang dan membaca gerak tubuh adalah nyata. Mungkin belum ada tokoh selihai dan secanggih tokoh di kedua film tersebut, namun ilmunya riil.

Saya tidak hanya tertarik dengan kedua film maupun ilmu nyata kedua Doktor brilian namun fiktif tadi namun juga pada lahirnya ide bahwa manusia mungkin memang diciptakan (=baca didesain), untuk bercerita. Manusia tidak hanya bercerita melalui mulut ataupun lewat tulisan dan gambar tapi juga keseluruhan dirinya. Mayat sekalipun bahkan tetap bercerita. Mayat atau fosil hewan dan tumbuhan memang bercerita juga, tapi manusia -tentu- bercerita lebih banyak dan berwarna. Ketika mulut malas menumpahkan atau sengaja menyembunyikan isi hati, tanpa kita sadari, mimik dan gesture kita melepaskan sinyal-sinyal cerita jujur yang tersirat. Kita didesain untuk bercerita bahkan tanpa kita berupaya untuk itu.

Bercerita dan Mengenangnya adalah salah satu anugerah terindah yang Tuhan berikan kepada Manusia. Bercerita dan Mengenangnya adalah kebebasan, hak dan kewajiban, karya dan warisan unggul umat manusia. Berceritalah. Kenanglah. Jika mulutmu tak mampu, tubuh dan tulangmu yang akan melakukannya... 


Andreas & Petrus

27 April 2012

Kenangan Emon Grandong


Suatu waktu ketika saya sedang mengganti-ganti saluran televisi mencari acara yang menarik (tapi ndak ketemu...), tiba-tiba saya kangen dengan sandiwara radio yang menjadi idola di sekitar tahun 80 - 90-an. Siapa yang tidak tahu serial "Saur Sepuh" dengan Brama Kumbara dan Mantilinya, "Tutur Tinular" dengan Arya Kamandanu dan Meysin, atau "Misteri Dari Gunung Merapi" yang terkenal dengan Mak Lampir dan setan Grandongnya? Siapa yang tidak tergelak oleh konyolnya tokoh Emon dari serial "Catatan Si Boy" atau terhanyut theme song sandiwara radio "Ibuku Malang, Ibuku Tersayang" ? Masih banyak lagi sandiwara radio yang merajai telinga para pendengar kala itu. "Api Di Bukit Menoreh", "Babad Tanah Leluhur", Dendam Nini Pelet", Butir-Butir Pasir Di Laut", "Mahkota Mayangkara", adalah beberapa contoh lain serial sandiwara yang diputar di radio-radio. Belum lagi sandiwara radio non serial yang tidak kalah menariknya untuk disimak.

Tiap jam tertentu di hari tertentu pula, saya bersama kakak dan adik (kadang tetangga ikut nimbrung) tekun di depan radio. Kadang berseru tegang, berkomentar kesal, mengerut takut ataupun terlongo bingung. Namun tak jarang pula tertawa tergalak-gelak. Esok harinya disambung bersama teman-teman 'membahas' serunya sandiwara radio semalam. Wah, pokoknya seru. 

Cerita-cerita berkualitas yang dihidupi oleh para pengisi suara jempolan membuat para pendengar tak bosan-bosan dan penasaran mengikuti kelanjutan ceritanya. Imajinasi pendengar seakan diaduk-aduk seraya bergerak cepat mengikuti alur ceritanya. Gairah itulah yang sekarang saya kangeni. Kangen dengan suara Ferry Fadly yang berwibawa tapi bisa juga konyol. Lengkingan maut Elly "Mantili" Ermawati, desah menggoda Ivonne "Lasmini" Rose, dan konyolnya "Emon". Tawa kecil dan suara Maria Ontoe yang menentramkan ataupun ringkik dan tawa menakutkan Asriati "Mak Lampir". Para Voice Artist yang dianugerahi suara magis.

Di tengah gempuran sinetron televisi yang hanya mengandalkan imajinasi basi, kering ide, dan melecehkan intelektual para penontonnya, saya sangat sangat merindukan sandiwara radio.

Hmm, omong-omong, ternyata saya juga kangen dengan acara (dan kaset) lawak di radio yang khas dan cerdas seperti Warkop dan Bagito dulu... 


Andreas & Petrus

21 April 2012

Men After Women

Mengapa hampir di seluruh dunia menyetujui pandangan bahwa wanita lebih rendah derajatnya dibanding pria? Bahwa wanita lebih lemah dan pelayan kaum pria? Wanita 'hanya' dianggap pelengkap pria. Mengapa? Apakah alasannya bisa jadi lebih jauh daripada; karena wanita lebih lemah (secara fisik) dan lebih sering mengeluarkan air mata? Apakah karena diceritakan bahwa pada awal mula penciptaan, wanita diciptakan setelah pria sehingga wanita (bisa dan lalu) dianggap lebih rendah daripada pria?

Apakah tidak pernah ada yang menggugat bahwa mungkin sejarah penciptaan manusia tidak seperti itu. Bahwa sesungguhnya Adam (pria) diciptakan setelah Eva/Hawa (wanita). Jika benar demikian, maka bukan tidak mungkin bahwa di kemudian hari wanita dipercaya lebih superior dari pria. bahwa kaum Adam 'hanyalah' pelengkap kaum Hawa yang diciptakan lebih dulu.

Atau... mungkin sebenarnya pria dan wanita diciptakan bersamaan? Langsung keduanya. Tidak ada yang lebih dulu dan tidak ada yang kemudian. Sejak awal, manusia diciptakan bersamaan dan berpasangan sebagai tanda bahwa mereka selayaknya demikian (hidup sederajat) untuk saling membantu dan melengkapi hidup satu sama lain. Bahwa yang satu tidak lebih penting ataupun superior daripada yang lain.

Mustahilkah bahwa sejarah penciptaan manusia sesungguhnya seperti itu? Apakah anda mau percaya dan terima, andai kenyataannya demikian?

(sebuah pikiran liar yang ditangkap di tengah malam yang panas)



Andreas & Petrus


25 November 2011

Asmara Unggas

Dulu, sebelum ada kloning, belum ada cangkok tanaman atau disilang, belum ada percobaan perkawinan campur atau silang jenis-jenis hewan tertentu.... Para unggas punya beberapa sifat:

Filosofi Jawa mengenal lambang atau bentuk karakter cinta yang diwakili bangsa burung atau unggas, dunia fauna menamainya aves.

Bebek karakternya "tak bertanggung jawab". Jika sampean ternak bebek jumlahnya 40 ekor betina, maka hanya diperlukan 1 bebek jantan. Bebek jantan itu sex maniac, suka kuantitas daripada kualitas tugas dan hobi utamanya menyetubuhi para betina. Kalo 1 komunitas bebek ada lebih dari 1 pejantan, wah, gawat, mereka akan sibuk berantem karna kadar cemburunya sama. Jadinya mereka lupa beri nafkah batin. Sibuk baku hantam, lupa baku kelamin.

Para betina juga dodol. Bertelur sembarang tempat, tidak tertib, tidak tetap udah gitu mereka ogah mengerami telor. Mau ngeram gimana, wong telur tersebar entah kemana. Harus dipunguti gembala bebek yang disebut Sontoloyo. Komunitas bebek susah berorganisasi, ketergantungan sama si Sontoloyo. Unggas lain, biasanya (ayam), yang mengerami telor-telor bebek. Makanya orang yang tak bertanggung jawab suka dipanggil: sontoloyo! 

Kalo burung puyuh, yang mengerami telor, pejantan. Setelah menetas sang bapak merawat anak-anak, ibunya cari makan, klayapan dan senggama sesukanya, bertelur, sudah itu aja... Nah, kalo ayam betina bertelor, mengerami dan mengasuh anak sampai dewasa, bapaknya cuek sama anak, cuma tau sok jago, berkokok, berkelahi dan... tentu saja bersetubuh... Puyuh, bapaknya bijak ibunya kacau. Ayam, ibunya bijak bapaknya dodol.

Nah, merpati lain lagi. Mereka harmonis. bercinta, trus mengerami telor gantian. Kalo Papa mengerami telor, mama cari makan trus dibawa pulang, maem bareng. Demikian pula kalo mama mengeram, papa cari nafkah...

Anak merpati cukup 2 aja. Mereka punya program KB, ngerami telor cuma 2, nggak kayak unggas lain, ngerami telor rombongan. Kalo salah satu merpati wafat, pasangannya punya masa berkabung sebelum jatuh cinta lagi. Setia. Makanya ada ungkapan merpati tak pernah ingkar janji. Rohkhul Kudus-pun dilambangkan dengan burung merpati. Konon, manusia ada juga yang tidak seperti merpati, kalo pasangannya mati, kuburannya belum kering dah bisa jatuh cinta lagi.

Hebat burung merpati. Itu dulu. Sekarang ? Nggak tau deh........


Andreas & Petrus

28 Oktober 2011

Di Mana... Ke Mana... Nasionalisme?

Ketika hari-hari menjelang dan saat peringatan Kemerdekaan Republik ini tak lagi semeriah dulu... Ketika pesta demokrasi berlangsung ramai namun maknanya mendangkal... Kebanyakan dari kita mungkin akan berkata: "Nasionalisme saat ini sudah berkurang..."

Ketika hari-hari menjelang dan saat peringatan penting lainnya seperti "Sumpah Pemuda" atau "Kebangkitan Nasional", sepi dari gairah, kebanyakan dari kita mungkin akan berkata: "Nasionalisme saat ini semakin berkurang..."
Entah mengapa pula, generasi muda lebih banyak disorot dan dituding jika menyangkut kemerosotan (nasionalisme).

Ketika pasukan merah putih berlaga (dan menang) dalam kompetisi olahraga antar negara, khususnya di cabang sepak bola dan bulu tangkis, kita akan melihat dan merasakan gairah itu lagi, lalu mungkin akan berkata: "Nasionalisme belum hilang... Nasionalisme telah bangkit..."
Ketika banyak pelajar negeri ini yang menang dalam berbagai lomba kecerdasan antar negara dan pulang membawa kebanggaan bagi negeri ini, mungkin kebanyakan kita akan berkata: "Hidup Indonesia! Inilah calon-calon pemimpin di masa mendatang!"
Entah mengapa, jika menyangkut kebangkitan (nasionalisme), para pemimpin akan menaikan dagu, membusungkan dada, dan berkata "KITA..."

Apakah nasionalisme bangsa ini sekarang telah meluntur dan merosot jauh? Ataukah kita yang semakin bingung mencari tempat yang tepat untuk meletakkan nasionalisme itu?

Andreas & Petrus

11 April 2011

ASEREJE VS DANGDUT

Masih ingat demam Asereje; lagu dan gerak seragam dari trio Las Ketchup asal Spanyol yang tidak hanya booming di Indonesia tapi juga dunia? Joget Asereje mendadak digoyang oleh jutaan orang tanpa pandang usia dan bulu! Asereje menjadi lagu wajib, goyangnya menjadi goyang wajib, sampai dibuat kontes Asereje di mana-mana. Pokoknya dibuat macam-macamlah.

Sebelum dan sesudah era Asereje, orang mengenal goyang atau tarian Flash Dance yang lentur seperti balerina sekaligus energik, Break Dance yang patah-patah, Macarena yang bergetar dan panas, Pulse yang sederhana, ataupun tari klasik-latin yang menjadi booming karena penyanyi Ricky Martin; Salsa. Seperti halnya goyang Asereje, semua tarian ini bisa dilakukan sendiri ataupun bersama-sama. Bedanya, Asereje tidak variatif. Goyang dan lagunya, ya, cuma itu-itu saja.

Di Indonesia sendiri sempat booming tarian yang asik sekali bila dilakukan massal, yaitu Sajojo dan Poco-Poco. Gerakannya walaupun sederhana dan cenderung monoton namun iringan musiknya yang nge-beat asik, sanggup memaksa kita bergoyang terus.

Sebenarnya ada satu lagi goyang atau tarian yang bila dipelihara atau dikelola dengan baik, bisa menjadi salah satu kekayaan seni bangsa. Bukan... Bukan Hip Hop yang sedang tren saat ini, tapi Goyang Dangdut! Haa!!

Musik dan goyang dangdut memiliki sejarah panjang di Indonesia. Sempat -tapi mungkin masih- dicap musik kampungan karena mayoritas penggemarnya masyarakat berekonomi rendah. Goyangnya juga itu-itu saja bahkan terkesan 'jorok' -tentu menurut ukuran orang Timur (= baca Indonesia). Goyang 2 jempol tangan, kadang sambil memutar-mutar lengan dan kaki bergerak maju mundur, tanpa disadari menjadi goyang massal abadi. Filosofinya sederhana; Yang penting goyang, yang penting senang!

Bang Haji Oma boleh ngotot bahwa dialah perintis dan pejuang musik dangdut hingga berwujud dan berada di level setinggi sekarang. Menurut saya, Musik Bang Haji mungkin sudah berjuang lama tapi Goyang Ngebor Inul, di saat yang tepat, ikut memberikan kontribusi yang luar biasa untuk mengangkat 'derajat' Dangdut. Terlepas dari kontroversi yang lahir dari goyangannya, Inul berhasil mendongkrak popularitas Dangdut hingga level 'kelas atas'. Penggemar dangdut meluas hingga golongan menengah ke atas bahkan ke mancanegara. Goyang Ngebor diadaptasi & menjadi inspirasi lahirnya Goyang Ngecor, Goyang Patah-Patah, Goyang Vibrator, dan goyang-goyang unik lainnya. Bukan tidak mungkin jika dalam waktu dekat ini ada yang mengklaim pencipta Goyang Gempa atau Goyang Tsunami!

Musikalitas Dangdut pun terdorong maju. Ragamnya tidak melulu Dangdut murni, Dangdut Pop, atau Dangdut campursari. Jangan heran kalau saat ini menjumpai Dangdut campur Jazz, Dangdut campur Rap, Dangdut campur R&B, Dangdut campur Metal, Dangdut campur Disko, dsb.
Lalu, siapa pemenang antara Asereje VS Dangdut? Ya, Dangdutlah. Bukankah, Dangdut is the music of my country...

Saya sendiri bukan penggemar Dangdut plus tidak pandai bergoyang. Mungkin itu sebabnya hanya satu goyang massal yang menjadi favorit saya; Senam Kesegaran Jasmani alias SKJ'88! ^_^



Andreas & Petrus

09 April 2011

ATAS NAMA ...

Atas nama bangsa Indonesia..... Soekarno...Hatta...
demikian penggalan terakhir dari isi Proklamasi yang dibacakan oleh Presiden Republik Indonesia I, Ir. Soekarno, 65 tahun 4 bulan 8 hari yang lalu.

Lengkap amat... Ga sekalian jam, menit dan detiknya, Oom?

Suka-suka guelah. Ini kan blog gue. He he he...

Terserah lu dah. Lanjut...

Jadi, karena desakan para pemuda pejuang kemerdekaan pada waktu itu yang memberanikan diri mengatasnamakan RAKYAT, mendesak Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta, menjadi pemimpin bangsa dan segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Lalu Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia, memproklamirkan kemerdekaan Indonesia kepada dunia...

Hmmm... Lalu...

Nah, pengatasnamaan RAKYAT di sini, baik oleh pemuda pejuang maupun oleh Soekarno & Hatta, menurut gue sangat bisa diterima karena saat itu seluruh rakyat Indonesia memang sedang dijajah dan sangat merindukan kemerdekaan. Tanpa diadakan survey pembuktian sekalipun, perjuangan hingga titik darah penghabisan telah menjadi tanda jelas. Sampai saat ini pula, tidak ada satu orang Indonesiapun yang menolak klaim Soekarno & Hatta.

Oke, itu sudah jelas buat gue. Sekarang yang belum jelas adalah in...ti...nya... Apa intinya?

Nah, demi mencapai nafsu dan ambisi kotor, ternyata label "Atas Nama..." seringkali dijadikan senjata yang terbukti ampuh. Ya, ampuh! Banyak tindakan ilegal kalau diberi label "Atas Nama..." ini, bisa menjadi legal. Haa!

Bagaimana mungkin?


"Atas Nama..." seringkali dijadikan topeng dan disalahgunakan untuk mencapai maksud-maksud kotor tadi.

Contohnya...?

Yang sudah-sudah saja dan bukan merupakan kebohongan tabu lagi yaitu jargon hebat partai politik dengan segala bentuknya termasuk metamorfosisnya menjadi fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat. Berteriak dari rakyat, untuk rakyat dan demi rakyat untuk menarik simpati. Sebagai kupu-kupu di gedung DPR, teriaknya lebih anggun dan hebat lagi, "Atas nama rakyat!", padahal....

Lebih memusingkan dinding yang sedikit retak dan buru-buru mengajukan proposal 'renovasi' gedung dengan anggaran trilyunan rupiah dibanding merenovasi atau membangun gedung-gedung sekolah yang sudah sangat tidak layak pakai...
tul... pemimpinnya meng-"atasnamakan" rakyat tapi kok kalau menyangkut urusan citra diri, urusan rakyat harus mengalah. Katanya "Atas nama rakyat" tapi ditegur rakyatnya kok malah membentengi diri bahkan lebih ngotot! Ada lagi yang memakai stempel tadi justru untuk mengeruk kekayaan rakyatnya demi kekayaan pribadi dan kroni-kroninya. Tinggal diberi label "Pembangunan Demi Kemakmuran Rakyat", maka semuanya, aman!

Wah, itu sih chasingnya saja yang "Atas nama rakyat", padahal isinya "Atas nama duit",
"Atas nama Golongan", "Atas nama Kekuasaan", "Atas nama Seks", "Atas nama Popularitas"...


Jiaahhh..."Atas nama Agama" bahkan "Atas nama Tuhan" saja legal dipakai untuk urusan membunuh! Dari jamannya perang salib sampai bom-boman lalu di negara kita. Perang vietnam, perang teluk, tragedi WTC 9/11 menjadi legalitas dari pengatasnamaan "Kebenaran dan Keadilan". Bukti bahwa stempel "Atas Nama..." menjadi jargon ampuh bahkan untuk melegalkan kejahatan.

Kirain "Atas nama Cinta" saja orang nekat membunuh dan dibunuh...

"Atas nama Cinta dan Sayang", seorang lelaki bisa membuat wanita rela melakukan apa saja, termasuk diperawani tanpa dinikahi, dimadu, bahkan merampok bank dan seorang ayah keji menghamili anak perempuannya.
"Atas nama Persaudaraan dan Persahabatan" banyak pelajar senior memukuli yuniornya ataupun melakukan tawuran.
"Atas nama Pendidikan", banyak orang & lembaga mensejahterakan dirinya sendiri.
"Atas nama Ketaatan dan Kemurnian" tidak sedikit pemuka agama melakukan pelecehan seksual kepada anak didiknya.
"Atas nama Dedikasi dan Tanggung Jawab", seorang Nurdin berlagak raja dan berkeras tidak mau turun tahta bahkan tetap 'rela memimpin' meski di dalam bui.

Topeng-topeng yang mengatasnamakan kebaikan.


Andreas & Petrus 

22 September 2010

CERterPENdek Hari ini



+ : Apakah suamimu masih mencintaimu?

- : Tidak lagi. Sama sukali tidak.

+ : Apakah suamimu masih menyayangimu?

- : Masih, Dia sangat menyayangiku

+ : Nggak seru donk…

- : Emang…


Andreas & Petrus

14 April 2010

Perang Bintang

Bagai sinetron bersambung, kisah Mantan Kepala Bareskrim, Komjen Susno Duadji kini menjalani babak kedua. Dalam "kisah Cicak dan Buaya" yang lalu, Susno tersandung, jatuh, lalu ditimpa tangga. Tangga sengaja dijatuhkan oleh institusi yang selama ini dibelanya. Lho? Selama ini Pak Susno membela bangsa dan negara atau membela institusi, sih? He he he... kalau sekarang sih jelas membela (diri dan) negara, toh!
Bagaimanapun, keberanian menentang kejahatan luar biasa di negara ini, perlu dan penting untuk didukung. Kejahatan yang dilakukan para pemegang bintang kehormatan ini benar-benar membuat negara pusing tujuh keliling. Para blogger, ingat... hanya puyer bintang tujuh yang ga pernah bo'ong!


susno duadji, makelar kasus, korupsi indonesia, super susno

12 April 2010

R U N Y A M

kudekap tubuhmu erat mesra
kucari hatimu di mana?

Seorang teman pernah bercerita dengan semangat berkobar, ia yakin berita itu benar, alasannya ditayangkan di TV! “orang disiarin di tv koq, pasti benarlah…” katanya sambil ngotot. Dia tetap bersiteguh ketika saya bilang apa yang ditampilkan di tv bukan jaminan kebenaran. Ya udahlah, kalau ketemu makhluk semacam ini saya bilang dalam hati…, yang waras ngalah…..

Semakin banyak alat komunikasi, kian terbuka suatu keadaan dimana berkomunikasi jadi tidak mudah. Demikian juga soal informasi, terlalu banyak info diwartakan, kadang dan sering terjadi kebenaran rancu... bisa terjadi orang bingung tak tahu kepada siapa mesti percaya.

Mereka yang mengetahui psikologi massa tahu benar mengolah situasi untuk mewujudkan suatu kepentingan. Sebuah berita dikabarkan, mengandung kebenaran tapi hanya sepotong kebenaran, tidak utuh atau dikondisikan tidak lengkap. Terus kebenaran tidak sempurna itu diyakini, dijadikan dasar orang-orang untuk ambil kesimpulan bahkan keputusan! Runyam jadinya...


Biasanya bila sebuah kasus besar terjadi situasi publik jadi memanas, pihak-pihak tertentu sering mengalihkan perhatian dengan berita heboh lainnya. Ketika masyarakat fokus pada kasus Century, media menyodorkan berita teroris, disusul berita soal makelar kasus, tentang Gayus Tambunan, tentang kehidupan cinta selebritis…. Kasus kecil dibesar-besarkan atau sebaliknya. Pokoknya publik bingung kronologinya, kasusnya kabur.
Gaya atau model seperti ini sudah sejak dulu dipraktekkan oleh badut-badut politik di Indonesia. Hati masyarakat mengambang bagai tahi di kali. Tiada jaminan semua berita itu bohong atau benar.

Terjadilah krisis…. Dalam keadaan krisis dan kritis terbuka kesempatan luas untuk ambil keuntungan. Bisa positif atau negatif. Kesempatan dalam kesempitan, Kecepatan dalam kecepitan. Bisa memancing di air keruh atau ambil hikmah dibalik bencana.

Itu gambaran umum, dalam tingkat pribadi, kau bisa kencan dengan kekasihmu dan mencapai orgasme…. Kau raba dadanya tapi tidak hatinya… keterbatasanmu tak bisa baca hati orang sekalipun orang tercinta.. selanjutnya kau genggam sebuah kebenaran meski hanya sepotong.



Andreas & Petrus


20 Januari 2010

PATAH HATI

yang perih di antara pilu
melebihi kematian adalah
kasih tak sampai

Membahas soal ini dalam arti yang luas kayaknya menarik. Kasih tak sampai adalah cinta yang dicurahkan tapi tidak mencapai sasaran. Bisa dari orang tua kepada anak atau sebaliknya, bisa dari Tuhan kepada umatNya, bisa dari teman ke sahabatnya, bisa dari pemimpin kepada rakyatnya atau sebaliknya. Bisa juga, dan yang paling sering terjadi adalah dari seseorang kepada kekasihnya.

Pernahkah Anda alami kasih tak sampai alias patah hati?
Saya pernah dan saya paham nyeri lukanya melebihi kematian… Sungguh! Kalau nggak percaya coba aja… (he he he… jangan terlalu serius ya…. Bagi yang belum atau sudah tidak patah hati hal ini mungkin terasa norak atau berlebihan)

Mereka yang pernah alami patah hati, tapi bisa bangkit dari luka dan bersemangat lagi tahu benar bahwa hidup ini bernilai, bahwa cinta adalah nilai tertinggi, teratas dalam kehidupan. Tahu artinya “sembuh” karena pernah “luka”, karakternya positif dan membangun.

Bagi yang kalah karena patah hati ia bisa “mati” bahkan ketika secara fisik ia masih hidup! Bisa saja mati beneran. Bisa pecah jiwa, gila atau setengah gila, ngawur dan wataknya perusak. Anda bebas pilih posisi mana, saya tak mau kasih saran. (Anda kan udah gedhe… he he he).

Seringkali saya bilang ke teman-teman soal begitu banyak jenis penderitaan besar dalam hidup di dunia ini, tapi saya kelompokkan 3 penderitaan terbesar. Petama: kasih tak sampai. Kedua: kemiskinan. Ketiga: Sakit kelamin

Derita pertama sudah sedikit dibahas tadi. (kalau mau dikembangkan pembahasannya boleh aja). Derita kedua, yang dimaksud kemiskinan adalah, bisa tidak punya cinta dan kasih, miskin (amal) kebaikan, miskin harta, miskin ilmu, miskin pengampunan dan lain-lain (itung sendiri) Menurut falsafah Jawa, kemiskinan adalah siklus seperti hari. Setiap individu yang alami kemiskinan akan alami juga : jumatkinan, setukinan, minggukinan, seninkinan, slasakinan, setelah rebokinan balik lagi ke kemiskinan

Derita ketiga, sakit kelamin… (karena kelamin adalah pintu manusia masuk dunia dan juga untuk menghindari kemungkina dituduh pornografi, maka akan saya bahas secara khusus di tempat dan media lain, di waktu yang berbeda… maaf ya…

Peristiwa “kasih tak sampai” paling pedih dalam sejarah adalah ketika Tuhan Yang Maha Tinggi dengan rendah hati berkenan turun ke dunia, mengorbankan diri demi begitu besar cintaNYA pada manusia, tapi ditolak, diragukan, dilecehkan, dianggap sesat, tak masuk akal, divonis sebagai ajaran ngawur dan berbahaya. Diadili dan dibunuh dengan cara demokratis menurut orang-orang yang tidak percaya padanya.


Andreas & Petrus

18 Januari 2010

J A D U L

semua lagu aku suka
kecuali, lagu Lu…!


Saya suka lagu-lagu lama, tentu saja saya tidak menolak lagu-lagu baru… Banyak lagu lama yang diaransemen lagi dan disukai banyak orang. Kadang saking lamanya lagu itu orang sudah lupa sehingga ketika tembang itu berkumandang lagi kesannya atau orang anggap itu lagu baru… Lagu lama itu telah teruji oleh waktu, disukai banyak orang seantero jagad. Menjadi abadi. Legenda.

Buat saya pribadi, semua bentuk kehebatan lagu baru baik dari segi komposisi, harmoni dan aransemen, pernah saya temukan dalam lagu-lagu lama. Bahkan, jaman dulu teknologi belum sehebat sekarang jadi ketrampilan alias skill pemusik dan vokalis lebih terbukti. Mungkin kualitas rekaman, panggung, lighting, gaya, mode dan beberapa aspek lain nampak kuno dan ketinggalan, tapi ada power di sana: semangat, energi, kualitas tinggi terasa benar. Itu semua belum terasa pada lagu-lagu baru… Entahlah, mungkin lagu-lagu baru itu nantinya toh akan jadi lagu lama yang awet dikenang juga…

Jika mau tes apakah penyanyi/pemusik itu hebat atau tidak, gampang caranya. Jika kualitas lagu yang ditampilkan sama (atau nyaris sama) antara rekaman dan panggung (live), maka pemusik/penyanyi tersebut tergolong bagus

Sesungguhnya apa kriteria lagu bagus? Ini relatif, karena unsur perasaan ambil bagian penting dalam menikmati atau menyukai lagu. Sering terjadi lagu mewakili atau mewarnai sebuah peristiwa, bukan tidak mungkin tema lagu itu tidak berhubungan dengan kejadian atau kenangan. Contoh: Suatu ketika saya alami peristiwa pahit di suatu tempat. Pada saat itu terdengar sebuah lagu cengeng yang tidak saya sukai! Akibatnya setiap dengar lagu cengeng itu saya terkenang kejadian pilu tadi… saya mulai menyukai lagu itu dan sengaja memutar kembali untuk “menikmati” luka… Walau lagu itu tidak bermutu

Banyak lagu yang berpengaruh dalam sejarah manusia, baik secara pribadi maupun universal. Musik adalah kreativitas Illahi yang luar biasa…. Seni tingkat tinggi yang dianugerahkan Tuhan buat manusia.

Semua agama menggunakan


Andreas & Petrus

09 Desember 2009

D E M O

haruskah kita turun ke jalan
robohkan setan yang berdiri mengangkang
(Iwan Fals dalam lagu: “Bongkar”)

Demo artinya memperagakan atau mempertunjukkan. Demonstrasi juga sama, tapi dalam konteks tertentu maknanya bisa meluas. Yang sering terjadi demonstrasi adalah sarana protes atau menentang sesuatu. Karena aksi demo sedemikian marak dan sering anarkis alias rusuh ada petinggi usul gimana kalau disediakan lokasi tertentu khusus buat demo!
Usulnya bagus, tapi menggelikan. (Saya tertawa sampai perut kaku).

Inti tujuan demo adalah menarik perhatian dan reaksi yang diharapkan, terus ada perubahan. Kalau demo dialokasikan seperti pelacuran, jadi nggak pas… Gaung dan aspirasi demonstran terbentur pada sifat khas lokasi, bahwa demo harus dilaksanakan di luar kemapanan supaya menggugah kesadaran pihak-pihak tertentu.

Saya paling setuju aksi damai tanpa kerusuhan, tapi tetap saja lucu kalau dibuat lokasi khusus demo…. Demonstran harus melakukan aksi extra ordinary (di luar kebiasaan) supaya pihak tertentu terhenyak dan memperhatikan. Lokasi khusus demo sudah terwakili banyak sarana: mass media, pagelaran seni, puisi, lagu, lukisan, tulisan dan cara-cara mapan lainnya.

Apakah para petinggi negara peka terhadap cara-cara “mapan?” Apakah mereka yang mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan dan nasib orang banyak bisa disentuh nuraninya dengan lagu, puisi dan seni? Bila mereka tidak peka cara-cara mapan tentu mereka juga tak peka terhadap demo yang menempuh cara yang di luar kebiasaan tadi. Cuma, minimal ada tekanan dan upaya memancing reaksi yang lebih luas hingga dapat dukungan untuk mencapai tujuan : Perubahan.

Demo sudah jadi mode, bahkan kita bisa sewa demonstran dengan tarip tertentu lengkap setting-nya, mau dibikin panas, seru atau rusuh, terserah anda. Bagaimana kenali demo yang tujuannya baik? Gampang. Selama demo itu berpihak pada nasib kaum lemah (atau dilemahkan), selama demo itu menyentuh hajat hidup orang banyak, itu tujuannya baik.
Soal jadi rusuh atau tidak itu tergantung situasi. Banyak orang yang memanfaatkan situasi demo supaya rusuh, termasuk pihak-pihak yang di-demo.


Saya salut sama demonstrans mereka mempertaruhkan segalanya dengan resiko dianiaya atau jadi cacat bahkan mungkin tewas. Demi tujuan baik, tapi difitnah, dianggap perusuh, dimusuhi banyak orang, tak jarang pendemo dimusuhi juga oleh pihak-pihak yang dibela aspirasinya.



Andreas & Petrus