05 Agustus 2010

Sekolah atau Pendidikan?

Pendidikan yang baik itu yang gimana? Secara awam, menurut saya pendidikan yang baik adalah sebuah proses pengajaran dimana metode yang dijalankan membuat orang bodoh jadi pintar, dan yang pintar tambah kepandaiannya. Memang naïf sih… tapi itulah pondasinya, itulah dasarnya Pendidikan itu mutlak perlu, yang tidak mutlak adalah bentuknya. Boleh formal, informal atau nonformal…

Mari kita bahas yang formal dulu yaitu sekolah. Mulai dari SD (yang kabarnya gratis itu) gimana situasinya. Pemerintah menempuh kebijakan mulia SD gratis dalam arti SPP, beberapa subsidi juga diberikan. Sisanya tugas orang tua: biaya transport, buku-buku (yang ini juga sumber keanehan, katanya dikasih/dipinjemi, tapi koq masih beli juga), iuran ini dan itu, ada-ada saja alasan terjadinya pungutan resmi atau liar… trus orang tua juga perlu ngasih uang saku buat jajan anak-anak mereka. Kenapa murid perlu dikasih uang jajan? Ya iyalah… bapak-bapak aja suka jajan, masak anak-anak nggak boleh jajan?
Artinya pendidikan itu mahal bro…. Di Indonesia, pendidikan adalah pengeluaran termahal setelah kesehatan. Itu SD, TK aja dah jor-joran.

Apakah itu salah? Nggak tau deh…. Kayaknya bukan begini sebaiknya. Selain mahal, sekolah-sekolah itu kebanyakan melupakan pondasi atau dasar pendidikan seperti alinea pertama di atas. Anak-anak dikumpulkan untuk bersaing di “penjara” yang disebut sekolah…si bodoh akan repot mengimbangi si pandai, mereka terkondisi untuk semakin terpuruk karena sistim yang salah, samasekali ini bukan salah mereka, tapi sistim.
Sementara itu yang pandai jumlahnya relatif lebih sedikit daripada yang bodoh. Para murid pandai termasuk kategori beruntung, dipuja dan dibanggakan oleh mereka yang menganggap sekolah sebagai mahadewa, sumber gengsi dan kesombongan. Mereka yang bodoh tidak 100 % pantas disebut bodoh, lebih tepatnya “tidak bisa,” Banyak faktor yang membuat orang tidak bisa.

Lagian, kenapa sih pelajaran kelas 4 sudah dijejalkan pada siswa kelas satu?! Kenapa murid kelas 4 SD harus melahap mata pelajaran yang (dulu) diperuntukkan anak SMP?!
Kenapa mata pelajaran begitu banyak meski baru kelas satu? Kenapa orang tua harus “ikut” sekolah? Banyak orang tua sewot ngajarin anaknya dan heran koq sekarang jadi sulit? Memang, tanggung jawab pendidikan bukan hanya milik pemerintah, lembaga dan guru, tapi juga peranan orang tua…..tapi haruskah serepot ini?

Sadarkah bahwa sekolah telah jadi “penjara?” (tanda kutip ini perlu sebagai renungan bukan sumber perdebatan) Penjara di sini bisa pencitraan (image), alangkah hinanya tidak sekolah. Sekolah penting, tapi yang utama adalah pendidikan dengan cara mengajar yang ideal. Yang ideal itu yang gimana? Lho itu tugas orang-orang pintar untuk merumuskannya, bukan tugas saya yang awam. Percuma dong saya menggaji banyak orang pintar melalui pajak yang saya bayar.

Jangan sampai anak-anak dirampas hak asasi-nya yaitu, bermain…karena tugas yang terlalu banyak dan terlalu dini diterapkan. Kalau itu terjadi, maka, sekolah itu identik dengan penjara….. 


Andreas & Petrus

2 komentar:

Yohan wibisono mengatakan...

Nice Artikel, inspiring in my angle.
Have a nice day :)

Bintang mengatakan...

bagus juga neh postingannya...yg jelas belajar dan bermain harus seimbang...