18 Januari 2010

J A D U L

semua lagu aku suka
kecuali, lagu Lu…!


Saya suka lagu-lagu lama, tentu saja saya tidak menolak lagu-lagu baru… Banyak lagu lama yang diaransemen lagi dan disukai banyak orang. Kadang saking lamanya lagu itu orang sudah lupa sehingga ketika tembang itu berkumandang lagi kesannya atau orang anggap itu lagu baru… Lagu lama itu telah teruji oleh waktu, disukai banyak orang seantero jagad. Menjadi abadi. Legenda.

Buat saya pribadi, semua bentuk kehebatan lagu baru baik dari segi komposisi, harmoni dan aransemen, pernah saya temukan dalam lagu-lagu lama. Bahkan, jaman dulu teknologi belum sehebat sekarang jadi ketrampilan alias skill pemusik dan vokalis lebih terbukti. Mungkin kualitas rekaman, panggung, lighting, gaya, mode dan beberapa aspek lain nampak kuno dan ketinggalan, tapi ada power di sana: semangat, energi, kualitas tinggi terasa benar. Itu semua belum terasa pada lagu-lagu baru… Entahlah, mungkin lagu-lagu baru itu nantinya toh akan jadi lagu lama yang awet dikenang juga…

Jika mau tes apakah penyanyi/pemusik itu hebat atau tidak, gampang caranya. Jika kualitas lagu yang ditampilkan sama (atau nyaris sama) antara rekaman dan panggung (live), maka pemusik/penyanyi tersebut tergolong bagus

Sesungguhnya apa kriteria lagu bagus? Ini relatif, karena unsur perasaan ambil bagian penting dalam menikmati atau menyukai lagu. Sering terjadi lagu mewakili atau mewarnai sebuah peristiwa, bukan tidak mungkin tema lagu itu tidak berhubungan dengan kejadian atau kenangan. Contoh: Suatu ketika saya alami peristiwa pahit di suatu tempat. Pada saat itu terdengar sebuah lagu cengeng yang tidak saya sukai! Akibatnya setiap dengar lagu cengeng itu saya terkenang kejadian pilu tadi… saya mulai menyukai lagu itu dan sengaja memutar kembali untuk “menikmati” luka… Walau lagu itu tidak bermutu

Banyak lagu yang berpengaruh dalam sejarah manusia, baik secara pribadi maupun universal. Musik adalah kreativitas Illahi yang luar biasa…. Seni tingkat tinggi yang dianugerahkan Tuhan buat manusia.

Semua agama menggunakan


Andreas & Petrus

09 Desember 2009

D E M O

haruskah kita turun ke jalan
robohkan setan yang berdiri mengangkang
(Iwan Fals dalam lagu: “Bongkar”)

Demo artinya memperagakan atau mempertunjukkan. Demonstrasi juga sama, tapi dalam konteks tertentu maknanya bisa meluas. Yang sering terjadi demonstrasi adalah sarana protes atau menentang sesuatu. Karena aksi demo sedemikian marak dan sering anarkis alias rusuh ada petinggi usul gimana kalau disediakan lokasi tertentu khusus buat demo!
Usulnya bagus, tapi menggelikan. (Saya tertawa sampai perut kaku).

Inti tujuan demo adalah menarik perhatian dan reaksi yang diharapkan, terus ada perubahan. Kalau demo dialokasikan seperti pelacuran, jadi nggak pas… Gaung dan aspirasi demonstran terbentur pada sifat khas lokasi, bahwa demo harus dilaksanakan di luar kemapanan supaya menggugah kesadaran pihak-pihak tertentu.

Saya paling setuju aksi damai tanpa kerusuhan, tapi tetap saja lucu kalau dibuat lokasi khusus demo…. Demonstran harus melakukan aksi extra ordinary (di luar kebiasaan) supaya pihak tertentu terhenyak dan memperhatikan. Lokasi khusus demo sudah terwakili banyak sarana: mass media, pagelaran seni, puisi, lagu, lukisan, tulisan dan cara-cara mapan lainnya.

Apakah para petinggi negara peka terhadap cara-cara “mapan?” Apakah mereka yang mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan dan nasib orang banyak bisa disentuh nuraninya dengan lagu, puisi dan seni? Bila mereka tidak peka cara-cara mapan tentu mereka juga tak peka terhadap demo yang menempuh cara yang di luar kebiasaan tadi. Cuma, minimal ada tekanan dan upaya memancing reaksi yang lebih luas hingga dapat dukungan untuk mencapai tujuan : Perubahan.

Demo sudah jadi mode, bahkan kita bisa sewa demonstran dengan tarip tertentu lengkap setting-nya, mau dibikin panas, seru atau rusuh, terserah anda. Bagaimana kenali demo yang tujuannya baik? Gampang. Selama demo itu berpihak pada nasib kaum lemah (atau dilemahkan), selama demo itu menyentuh hajat hidup orang banyak, itu tujuannya baik.
Soal jadi rusuh atau tidak itu tergantung situasi. Banyak orang yang memanfaatkan situasi demo supaya rusuh, termasuk pihak-pihak yang di-demo.


Saya salut sama demonstrans mereka mempertaruhkan segalanya dengan resiko dianiaya atau jadi cacat bahkan mungkin tewas. Demi tujuan baik, tapi difitnah, dianggap perusuh, dimusuhi banyak orang, tak jarang pendemo dimusuhi juga oleh pihak-pihak yang dibela aspirasinya.



Andreas & Petrus


21 November 2009

Dari Thomas Alva Edison Sampai Anggodo

Urusan KPK - Century - Polri - Makelar Kasus + Presiden SBY masih belum kelar dan bisa jadi tetap simpang siur. Masyarakat pun tambah gerah setelah MK memperdengarkan rekaman percakapan Anggodo dan beberapa petinggi negeri ini kepada umum. Rekaman ini menjadi bukti nyata adanya praktek mafia peradilan di Indonesia. Negara ini hancur oleh bangsanya sendiri.
Tapi, saat ini saya tidak akan membicarakan kasus tersebut, melainkan hal lain. Tahukah sobat kalau tepat hari ini, 21 November 1877, Thomas Alva Edison mengumumkan pertama kali penemuannya yaitu sebuah mesin yang berguna untuk merekam suara. Mesin yang dapat memainkan dan menyimpan suara tersebut ia namakan Fonograf. Fonograf yang merupakan nenek moyang tape recorder ini berasal dari bahasa Yunani ( φονε, suara; γραφο, tulisan). Asas kerja pembentukan suara ini sama dengan rekaman gramofon yang juga diciptakan Edison kemudian hari.
Mesin fonograf ciptaan Edison selama 132 tahun menjadi berkembang sangat jauh. Makin canggih hingga ke era digital seperti sekarang ini. Sekarang sobat bisa mengantongi Fonograf & Gramofon, plus kamera, mesin ketik, pemutar film, dan lain-lain dalam satu paket! Satu Handphone! Bayangkan!

Keajaiban teknologi yang lahir dari keajaiban manusia, sungguh pesat. Bersyukurlah kita hidup di jaman serba modern ini. Semua serba tersedia mudah, instan, dan banyak. Komunikasi jarak jauh bukanlah hal yang sulit. Bahkan saat ini tampaknya setiap orang, setiap saat, dan di manapun, berkomunikasi. Melalui telpon, seluler, tv, radio, atau komputer portabel yang makin canggih dan mungil. Baik dunia nyata, dunia maya, bahkan dunia gaib sekalipun, kita bisa access & exist! Bandingkan dengan jamannya Thomas Alva Edison. Komunikasi tercepat & termurah saat itu adalah telegraf. Meskipun telepon sudah tercipta setahun sebelumnya tapi belumlah sempurna dan dipakai luas. Bahkan dunia malam belumlah sebenderang sekarang karena lampu listrik baru ditemukan 2 tahun setelah fonograf. Kini, setiap orang tidak hanya bisa merekam suara melainkan juga merekam momen bergerak...

Kini, kita hidup di masa yang benderang, instan, dan melimpah ruah. Ya, melimpah ruah. Jika sobat masih menemui orang lain yang berkekurangan, itu adalah karena masalah distribusi. Dan itu tidak menghilangkan fakta bahwa dunia ini berlimpah berbagai sumber daya. Lalu, apa yang bisa kita -para penikmat, konsumen- lakukan dengan adanya kelimpahan teknologi ini? Yang jelas, segala sesuatu jika tidak digunakan secara bertanggung jawab, hasilnya akan tidak baik dan bisa merugikan. Contohnya, tidak menghemat listrik & air, menonton sinetron sampai lupa sholat, main game sampai malas ke gereja, punya handphone berkamera tapi digunakan untuk merekam aib sendiri (disebar ke publik juga!), dan lain-lain...

Sobat, saya tidak mau menasehati apalagi menggurui panjang lebar. Saya hanya punya impian akan dunia yang lebih baik, sehat, dan damai tentunya. Saya juga mengagumi Thomas Alva Edison (dan penemu-penemu lain ataupun mereka yang belum menemukan tapi masih giat & bertahan mencari), saya menghormati para pemimpi perdamaian yang berjuang untuk mendapatkannya. Dan saya mengikuti mereka yang tetap bertahan dengan kemanusiaan & nuraninya, yang tidak dibutakan oleh kemajuan teknologi apalagi kekuasaan.



Andreas & Petrus