Tampilkan postingan dengan label suka-suka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label suka-suka. Tampilkan semua postingan

21 November 2009

Dari Thomas Alva Edison Sampai Anggodo

Urusan KPK - Century - Polri - Makelar Kasus + Presiden SBY masih belum kelar dan bisa jadi tetap simpang siur. Masyarakat pun tambah gerah setelah MK memperdengarkan rekaman percakapan Anggodo dan beberapa petinggi negeri ini kepada umum. Rekaman ini menjadi bukti nyata adanya praktek mafia peradilan di Indonesia. Negara ini hancur oleh bangsanya sendiri.
Tapi, saat ini saya tidak akan membicarakan kasus tersebut, melainkan hal lain. Tahukah sobat kalau tepat hari ini, 21 November 1877, Thomas Alva Edison mengumumkan pertama kali penemuannya yaitu sebuah mesin yang berguna untuk merekam suara. Mesin yang dapat memainkan dan menyimpan suara tersebut ia namakan Fonograf. Fonograf yang merupakan nenek moyang tape recorder ini berasal dari bahasa Yunani ( φονε, suara; γραφο, tulisan). Asas kerja pembentukan suara ini sama dengan rekaman gramofon yang juga diciptakan Edison kemudian hari.
Mesin fonograf ciptaan Edison selama 132 tahun menjadi berkembang sangat jauh. Makin canggih hingga ke era digital seperti sekarang ini. Sekarang sobat bisa mengantongi Fonograf & Gramofon, plus kamera, mesin ketik, pemutar film, dan lain-lain dalam satu paket! Satu Handphone! Bayangkan!

Keajaiban teknologi yang lahir dari keajaiban manusia, sungguh pesat. Bersyukurlah kita hidup di jaman serba modern ini. Semua serba tersedia mudah, instan, dan banyak. Komunikasi jarak jauh bukanlah hal yang sulit. Bahkan saat ini tampaknya setiap orang, setiap saat, dan di manapun, berkomunikasi. Melalui telpon, seluler, tv, radio, atau komputer portabel yang makin canggih dan mungil. Baik dunia nyata, dunia maya, bahkan dunia gaib sekalipun, kita bisa access & exist! Bandingkan dengan jamannya Thomas Alva Edison. Komunikasi tercepat & termurah saat itu adalah telegraf. Meskipun telepon sudah tercipta setahun sebelumnya tapi belumlah sempurna dan dipakai luas. Bahkan dunia malam belumlah sebenderang sekarang karena lampu listrik baru ditemukan 2 tahun setelah fonograf. Kini, setiap orang tidak hanya bisa merekam suara melainkan juga merekam momen bergerak...

Kini, kita hidup di masa yang benderang, instan, dan melimpah ruah. Ya, melimpah ruah. Jika sobat masih menemui orang lain yang berkekurangan, itu adalah karena masalah distribusi. Dan itu tidak menghilangkan fakta bahwa dunia ini berlimpah berbagai sumber daya. Lalu, apa yang bisa kita -para penikmat, konsumen- lakukan dengan adanya kelimpahan teknologi ini? Yang jelas, segala sesuatu jika tidak digunakan secara bertanggung jawab, hasilnya akan tidak baik dan bisa merugikan. Contohnya, tidak menghemat listrik & air, menonton sinetron sampai lupa sholat, main game sampai malas ke gereja, punya handphone berkamera tapi digunakan untuk merekam aib sendiri (disebar ke publik juga!), dan lain-lain...

Sobat, saya tidak mau menasehati apalagi menggurui panjang lebar. Saya hanya punya impian akan dunia yang lebih baik, sehat, dan damai tentunya. Saya juga mengagumi Thomas Alva Edison (dan penemu-penemu lain ataupun mereka yang belum menemukan tapi masih giat & bertahan mencari), saya menghormati para pemimpi perdamaian yang berjuang untuk mendapatkannya. Dan saya mengikuti mereka yang tetap bertahan dengan kemanusiaan & nuraninya, yang tidak dibutakan oleh kemajuan teknologi apalagi kekuasaan.



Andreas & Petrus

16 November 2009

Nyekar

Tradisi ziarah atau 'nyekar' atau 'nyadran', sudah tinggal lama dan lumrah di dalam masyarakat kita bahkan dilakukan oleh banyak masyarakat dunia, baik dari sisi budaya, agama, atau mistis. Kegiatan mengunjungi makam nenek moyang, keluarga atau orang yang kita hormati ini biasanya berlangsung (massal) di saat-saat tertentu. Saat menjelang hari raya besar keagamaan, tahun baru, hari-hari Nasional seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, dan lain-lain. Tujuannya pun beraneka ragam. Sebagai penghormatan kepada mereka yang telah meninggal, berjasa, sekedar melepas rindu, hingga mohon 'petunjuk'. Umumnya saat 'nyekar' kita berdoa secara khusus & khusuk untuk dan atau kepada arwah mereka yang telah lebih dulu berpulang, serta menabur bunga.

Namun demikian, berdoa arwah seperti ini bisa dilakukan tanpa ziarah atau 'nyekar'. Kita bisa lakukan di rumah atau tempat ibadah, dengan tujuan & kekhusukan yang sama. Anda pasti biasa mendengar atau ikut mendoakan arwah, 3 hari, 7 hari, 40 dan 1000 hari kematian seseorang. Penghormatan kepada arwah juga bisa dilakukan dengan banyak cara. Antara lain dengan berziarah seperti tadi, melakukan amanat atau pesan terakhir almarhum/ah, mengabadikan nama mereka sebagai nama jalan, tempat, atau pada anak/cucu mereka. Tapi apakah penghormatan seperti itu perlu dan harus dilakukan? Secara agama, apakah boleh?

Ada satu tradisi umat beragama Katolik yang masih dilakukan hingga sekarang. Setiap tanggal 1 November sampai seminggu sesudahnya, umat Katolik di seluruh dunia, secara khusus mendoakan arwah orang-orang beriman. Ketika seseorang meninggal, ia tidak lalu masuk 'surga' atau 'neraka'. Ada satu tempat, kami menyebutnya Purgatorium. Tempat di mana jiwa-jiwa tadi dimurnikan dulu karena dosa-dosa mereka selama hidup di dunia. Nah, doa-doa dari kita yang hidup inilah yang bisa membantu mereka agar segera dimurnikan dan bisa masuk ke alam surga. Begitu menurut kepercayaan Katolik. Lalu sebagai penghormatan kepada para orang Kudus, yaitu mereka yang diangkat menjadi Santo/Santa (orang-orang Suci) karena kesalehan hidup & keteguhan imannya, umumnya umat Katolik menamai anak-anak mereka dengan nama Santo/Santa tadi dengan harapan anak-anak mereka bisa meneladani kesalehan para Kudus tadi.

Itu salah satu contoh yang saya ketahui. Saya percaya, tiap budaya, agama, atau orang, punya tradisi, aturan, cara, dan alasannya sendiri dalam memperlakukan mereka yang telah meninggal. Lalu, dari sekian banyak bentuk penghormatan yang bisa kita berikan, adakah yang terpenting, yang mungkin bisa berdampak baik bagi kita yang masih hidup bahkan mungkin bagi anak cucu yang lahir nanti? Seperti pepatah bilang; "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan...utang" (ups! itu cuma berlaku buat koruptor, he he he). Yang benar adalah "...manusia mati meninggalkan keteladanan." Budi baik, sampai kemanapun pasti akan diingat. Keteladanan, kesalehan, kekuatan hati, keteguhan iman, para Santo/Santa, para Nabi, para Pahlawan, Orang tua yang membesarkan kita...pantas untuk dijaga, diteruskan, dan diwariskan. Marilah kita, setiap orang, membangun satu monumen megah. Bukan dengan batu dan semen. Bukan di jalan atau tempat-tempat yang biasa dilalui orang. Tapi dengan keteladanan mereka. Di hati kita.



Andreas & Petrus



06 November 2009

LAKUKAN SEKARANG

Dengan semangat, setengah maksa, seorang teman minta saya baca buku tentang positif thinking. Ia juga minta saya nonton acara di Metro TV yang dipandu motivator ulung.

Okay, bukunya bagus, acara tv-nya juga, keduanya menghasilkan manfaat yang melimpah.

Teman saya itu jenis insan jenius tapi kere. Ia membaca semua buku-buku hebat, ikut berbagai program pengembangan diri. Ia adalah kombinasi antara kritikus yang jeli dan perencana ulung. Ia himpun apa saja yang bisa disebut sebagai motivasi. Sayang ia lupa bahwa persoalan bukan pada apakah kita tahu atau tidak, punya motivasi atau tidak, tapi pada apakah bertindak atau tidak.

Satu tindakan lebih efektif dari seribu pemikiran.

Andreas & Petrus


mulut, tangan, act, tindak nyata

29 September 2009

Ahh, Miyabi...

Hayoo...pembaca (cowok), yang belum pernah melihat 'aksi' Miyabi atau Maria Ozawa, angkat tangan! Hehe... Anda bakal punya kesempatan melihat si cantik ini jauh lebih dekat dan live! Tapi, ini baru kemungkinan. Kalau jadi. Sebabnya, meskipun kedatangannya ke Indonesia atas undangan salah satu rumah produksi yang berencana membuat sebuah film dengan sentral cerita dirinya sendiri, namun banyak pihak termasuk MUI, yang menolak kehadiran Miyabi di Indonesia dengan alasan bisa merusak citra Indonesia di mata dunia. Loh??

Saya tidak habis pikir, apa hubungan kedatangan bintang film porno (yang mau membintangi film non porno) dengan citra negara? Meskipun saat ini negara kita, Indonesia, mempunyai citra yang buruk di mata dunia (negara koruplah, negara terorislah, pengekspor TKWlah, bla bla bla bla...), tapi saya tetap tidak percaya bahwa citra negara ini menjadi lebih buruk dengan kedatangan seorang Miyabi! Serentan itukah?


illustration, miyabi, maria ozawa, indonesia, menculik miyabi

Kalau kenyataannya, Miyabi datang untuk membangkitkan gairah (dan syahwat) industri film porno di Indonesia, saya pasti ikut menentang, walaupun saya penikmat 'aksi'nya di film. Alasannya jelas, moral bangsa khususnya anak-anak. Kalau saya, memilih 'rusak' sendiri. Ga mau ajak-ajak yang lain. He he he...

Kita bisa berdebat panjang lebar soal moral yang benar, tapi maksud saya, ayolah... apakah kita tidak bisa melihat manusia sebagai manusia? Bintang porno juga manusia, kan? Apa bisa, kita tidak sekedar melihat latar belakang, agama, budaya, golongan, profesi, dan lain-lain. Bisakah kita tidak berprasangka buruk. Citra Indonesia yang dikenal di mata dunia adalah keramahtamahannya. Mudah-mudahan sampai sekarang masih. Keramahtamahanlah yang membuat kita bermartabat. Bukan prasangka buruk. Apalagi sampai bertindak berlebihan alias over acting. Kalau pada dasarnya kita kuat, tahan godaan, mewarisi nilai luhur bangsa ini ( maksudnya bukan sok suci tapi, ramah, bersahabat, tolong menolong, saling hormat, de el el...), punya prinsip moral yang teguh (maksudnya, antara perkataan dan tindakan, sejalan loh...), saya percaya, tanpa berkhotbah pun, orang lain akan tahu dan menghormati kita.

Contoh lain, ada ga sih artis panas Indonesia yang sekarang 'bertobat'? Ada. Banyak juga. Tidak usah disebut, ya? Yang biasa jadi penikmat aksi mereka pasti tahu. Yang belum tahu, ya, tidak usah tahu. Tidak ada pengaruhnya toh, he he he...
Artinya tiap orang, kan, bisa berubah jika diberi waktu dan kesempatan. Pelaku bom saja minta masuk surga. Para koruptor & politisi kotor negara ini juga. Penyebab bencana lumpur lapindo saja masih tenang-tenang. Masa, Miyabi, Dewi Perssik, mba Inul (dan Inul-Inul lainnya) tidak dapat kesempatan menjadi lebih baik? Daripada kita meremehkan diri sendiri, menakut-nakuti diri dengan sesuatu yang tidak jelas akan hal-hal yang akan datang, lebih baik kita memberikan ketulusan di hari ini. Yuuuuu... 


Andreas & Petrus
 

24 Agustus 2009

Obat Stress

Banyak orang merasa cukup punya alasan untuk stress. Soalnya, stress tak beralasan itu disebut sakit jiwa, ha ha ha ha ha……Kalau stress itu gangguan jiwa. Jika stres berkepanjangan tak teratasi, sistim, fungsi organ dan kinerja organ tubuh kacau, metabolisme terganggu, akhirnya jadi sakit jiwa alias gila.

Jadi, obatilah stress (jangan hanya nyamuk yang diobati!), tentu tak ada maksud remehkan persoalan Anda, hanya saja, minimal Anda harus jaga kesehatan. Kadang memang masalah itu sulit dan belum teratasi. Begini lho, ibarat beban masalah Anda sebuah koper, Anda tak mesti jinjing terus, sesekali letakkan koper berat itu tanpa membuangnya! (apalagi kalu kopernya ada rodanya, tambah enak bisa diseret)
Sering masalah tak bisa diatasi dengan cepat. Paham nggak? Kalu nggak paham jangan memaksa diri memahami, ntar malah tambah stress, ha ha ha ha ha...

Sepertinya saya ngelantur, padahal iya! Saya seperti orang gila karena stress…. Tapi, saya sudah berhasil mengatasinya. Jadi, yang ada cuma kegilaan, bukan gila. Beda lho antara kegilaan dan gila, Apalagi antara kegilaan dan kebodohan! Maksudnya gimana sih? Pikirkan aja sendiri, tapi jangan sampai stress!

Pokoknya kalau saya stress, ini yang saya lakukan:
Saya berusaha sekuat tenaga atasi persolan dari dalam diri (internal) dan dari luar diri (external), Kalau sudah berjuang setengah mampus tapi belum berhasil, ya udah… istirahat sebentar, jangan sampai depresi dan sakit. Ingat, di Indonesia orang sakit dilarang miskin dan orang miskin dilarang sakit. Mahal bro…

Ada hal-hal yang harus diperjuangkan untuk diubah dan ada hal-hal yang harus saya terima sebagai sesuatu yang tak bisa diubah. Hal-hal yang di luar kemampuan saya, bukan tanggung jawab saya! Kecuali kalau hal itu bisa saya lakukan tapi karena saya malas tidak saya lakukan, baru itu disebut saya salah.

Saya berdoa mohon hikmat untuk mengetahui mana yang bisa diubah atau tidak, mana yang internal atau eksternal. Saya nggak mau sok religius lho! Soalnya kebanyakan orang religius itu munafik, ha ha ha ha ha. Paling tidak, berdoa lebih baik daripada melampiaskan tekanan hidup dengan cara kompensasi merusak diri dengan perbuatan negatif atau kebiasaan buruk. Lu orang waras, gila! Jangan tolol! Ha ha ha ha...

Berjuanglah atasi masalah internal-mu, Umumnya persoalan datang dari dalam diri, bukan faktor eksternal. Kalau eksternal, coba atasi, kalau nggak bisa juga, cuek aja. Bodo’ amat! Daripada stress terus.

Nikmatilah humor, banyaklah tertawa, jangan kebablasan, Tapi mending “gila” daripada bego, ha ha ha ha. Bukalah pintu maaf, ikhlas atau tulus menerima kenyataan. Cintailah hidup. Damai, peace…. Nyantai aja..

(andresuwarjo@yahoo.com)


22 Agustus 2009

Sampai Kau Ada Dalam Hidupku

ada lonceng di bukit
namun tak pernah kudengar berdentang
tidak pernah kudengar
sampai kau ada

ada burung-burung di angkasa
namun tiada nampak olehku
kepak sayap
tiada pernah kulihat
sampai kau ada

dan ada nyanyian
mawar indah
mereka ceritakan padaku
dalam wewangian segar harum
embun rumput kala fajar

ada cinta di sekeliling
namun tiada pernah kudengar dendangnya
tiada pernah kudengar
sampai kau ada dalam hidupku

***

ada beberapa tempat yang slalu kuingat dalam hidupku
walau sebagian tlah berubah
sebagian tetap, tak lebih baik
sebagian telah hilang
sebagian tersisa

semua tempat ini ada kisahnya
bersama para kekasih dan sahabat
yang masih kuingat
ada yang sudah berpulang
beberapa masih hidup
dalam hidupku aku begitu mengasihi mereka

tapi dari semua teman dan kekasih
tiada yang dapat dibandingkan denganmu
dan semua kenangan ini kehilangan artinya
ketika kupikirkan cinta sebagai sesuatu yang baru
walau aku tak kan pernah kehilangan kasih sayang
pada semua orang dan sesuatu yang tlah tiada
aku tahu, aku akan luangkan waktu mengenang mereka
dalam hidupku, aku lebih mencintaimu


(saduran bebas 2 lagu The Beatles: Till There Was You dan In My Life)


10 Agustus 2009

Romantisme Mbah Surip

Saya membayangkan, ketika dulu almarhum Mbah Surip menciptakan lagunya "Tak Gendong" di bawah salah satu jembatan di Amerika (entah jembatan apa, di kota mana)... Saat itu Mbah sedang melepas lelah setelah seharian bekerja, mungkin. Atau mungkin juga saat itu ia sedang iseng duduk-duduk di sana sambil menikmati pemandangan. Atau, bisa jadi Mbah sedang membayangkan kampung halamannya di Mojokerto. Hatinya sedang rindu pulang. Rindu keluarganya.
Pikirannya melayang-layang sampai akhirnya matanya tertumbuk sepasang kekasih yang sedang menghabiskan waktu sore mereka dengan menikmati matahari terbenam. Tubuh mereka yang bertautan saling berbahasa; aku ingin selalu bersamamu. Aku akan ikut kemanapun kamu pergi...
Hmm, namun mungkinkah inspirasi itu justru timbul dari romantisme seorang gembel dengan trotoar jalan di satu sudut sempit, kotor dan terabaikan? Mungkin saja...
Romantisme cinta & kejujuran yang murni dari sepasang kekasih, antara gembel dengan baju dekil dan sudut kotornya yang terabaikan, atau... mungkin dari hal-hal yang jauh lebih sederhana. Rasa itu menyambangi hati Mbah Surip yang terbuka bagi cinta dan kepasrahan, berproses lalu terlahir baru dalam rupa karya yang juga sederhana, jujur dan romantis, berbalut kejenakaan seorang Mbah Surip.

(ptoe!)