18 Agustus 2015

SINAR JIWA (saduran bebas lagu The Beatles: INNERLIGHT)

Without going out of my door,
I can know all things of earth
Without looking out of my window
I could know the ways of heaven
The farther one travels, the less one knows
The less one really knows

Tanpa keluar dari pintu ,
Aku bisa tahu semua hal di bumi
Tanpa melihat keluar dari jendela
Aku bisa mengetahui jalan-jalan  surga
Sesuatu yang lebih jauh dari semua perjalanan
Sedikit orang yang tau
Semakin sedikit orang  yang benar-benar  menyadari


Without going out of your door
You can know all things on earth
Without looking out of your window
You could know the ways of heaven
The farther one travels, the less one knows
The less one really knows

Tanpa keluar dari pintu Anda
Anda dapat mengetahui segala sesuatu di bumi
Tanpa melihat keluar dari jendela
Anda bisa mengetahui cara surga
Sedikit orang yang tau
Semakin sedikit yang benar-benar  menyadari


Arrive without traveling,
see all without looking
Do all without doing


Tiba tanpa bepergian ,
 Menyaksikan  semua tanpa melihat
Mengerjakan  semua tanpa melakukan

01 Agustus 2015

BATU CINCIN DAN KEKASIH TOLOL

29 Juli 2015

" K L I K "

Kata "klik" sungguh populer dan ajaib. Ada di kamus nggak ya? Rangkaian huruf yang membentuk satu kata untuk menjelaskan suatu bunyi. Asalnya dari bunyi jari tekan tuts keyboard komputer atau jari tekan tombol.


Emang bener bunyinya "klik?"

Tapi memang kini bukan soal bunyi lagi. Klik sudah jadi kata, istilah, bahkan idiom dengan arti sangat luas. Sering Anda disuruh "klik di sini" untuk mengakses link (jaringan internet) pada kebutuhan mengakses. Jika anda menggunakan keyboard non layar sentuh (keyboard konvensional) bunyinya : "tek, tek, tek, tek....." tapi tetap istilahnya "klik" sama halnya gunakan layar sentuh malah bisa variatif bunyi sentuhan jari atau di-silent tetap saja istilahnya "klik." Bahkan dahsyatnya Anda bisa klik dengan lambaian tangan, perintah suara atau gerakan mata pada layar untuk klik saat akses internet. Bukan main!

Untuk meluncurkan peluru kendali berisi bom nuklir bisa dilakukan dengan "klik". Dengan klik "kiamat" bisa diundang. Luar biasa dan bisa luar binasa.

Orang indonesia bilang "dor!" menyebut bunyi tembakan. Orang inggris bilang "bang!" Kita banting pintu "gubraak!" atau "jeger!" Orang ingris bilang "slam!"... gelegar ledakan tetep kata inggrisnya "bang!" Lucu sih enggak, aneh aja.

Hebat memang pengaruh internet dalam kehidupan. Dalam tanda kutip internet bahkan dibenarkan dan dimaklumi ketika "merusak" tata bahasa. Misalnya kata perintah untuk mengakses harus menggunakan huruf kecil ya nggak bisa ditawar: meski nulis huruf pertama nama orang menurut tata bahasa mesti gunakan huruf besar (kapital).

Di media-media sosial tata bahasa berkompromi dengan tuntutan teknologi internet. Khususnya hal-hal yang nggak resmi, coba Anda amati cara penulisan di medsos. Dah jauh berkembang dinamis keluar dari (bahkan melanggar) aturan baku tata bahasa.

Nah, jadi istilah atau kata sering melesat jauh dari makna awal. Klik sebagai idiom sering digunakan untuk menggambarkan kekompakan. Secara prokem "sudah klik" artinya sudah kompak: sejiwa. Klik juga berarti soulmate. Klik artinya paham dan ngerti. Beda lho makna paham dan ngerti.
Tambah aneh tapi nyata kalau di depan kata "klik" ada awalan "nge" jadi "ngeklik" artinya makna idiomnya tambah kental. Nge-klik jadi kata kerja sekaligus kata sifat. Kita ngeklik berarti kita sudah beraksi atau juga menyatu. Kompak. Sharing banyak hal.

Pertanyaannya adalah: kapan kita klik? Kapankah kita "nge-klik?"

28 Juli 2015

TRAUMA IMAN

Ini judul yg aneh buat saya. Tapi keinginan kuat menulis dengan judul ini. Begitu banyak manusia yang diagungkan atau dipuja jadi panutan melakukan hal nista. Itu mengecewakan. Melukai perasaan orang-orang yg semula  mengagumi keteladanan figur tertentu.

Khalayak perlu suri teladanan tokoh, sembari menyadari tak ada manusia yang sempurna. Ironisnya, manusia dianggap makhluk ciptaan paling sempurna. Kalau jatuh kena noda berkilah namanya juga manusia.... tak ada yang sempurna.

Kenapa trauma iman? Maksudnya?

Ini soal tokoh agama, baik yang jadi pemimpin atau figur terhormat yg mengilhami dan menyemangati orang banyak menjaga tingkah laku baik. Betapa penting menghargai mereka yang punya moralitas baik. Tapi, jangan tergantung "kebaikan manusia" karena sewaktu-waktu mereka (atau siapapun)  bisa jatuh

Ada bekas orang baik

Ada bekas orang jahat

Orang-orang yang jadi tokoh agama  dituntut lebih dari "orang biasa" karna dia dianggap panutan dan barometer moral tingkah laku. Sekali mereka berbuat nista walau dengan alasan khilaf, bisa membuat orang banyak terguncang imannya atau bisa saja mengundang kesesatan. Contoh kasus sengaja saya tidak paparkan. Terlalu banyak soalnya....

Cukuplah dengan pertanyaan jika sang penjaga moral atau tokoh agama korupsi kira-kira gimana? Atau tokoh yg berpengaruh, diidolakan menggunakan kuasa kegelapan?

Saya dengan pemahaman terbatas menyebut orang-orang yang kecewa alami trauma iman. Jika saya dan anda sepakat menjadi "kita" maka perlulah kita hormati keutamaan dan kebaikan orang-orang baik. Tapi iman kita tak boleh tergantung moralitas tokoh atau figur tertentu.

Penting menyadari artinya perlu tapi tidak tergantung. Nggak perlu jumawa sembari yakin imanpun sebaiknya mandiri. Dipengaruhi itu wajar. Tapi ketergantungan umumnya riskan.

Anda bebas memilih. Kalau sempat kena trauma iman jangan kecil hati. Iman yg ideal itu melalui proses pertumbuhan. Jangan menunggu kejadian yang heboh-heboh, apalagi peristiwa dahsyat baru merasa dapat pencerahan. Ketelatenan menjalani pergumulan hidup pada hal-hal biasa sehari-hari akan mengurangi resiko trauma iman.

Tulisan ini tak ada leluconnya.... karena memang iman bukan lelucon. Semoga ini tidak dianggap khotbah. Kalaupun dianggap iya, ini khotbah yang nggak lucu. Sungguh nggak lucu.