30 April 2012

CIPUT : KAOS TRENDY

Masyarakat biasanya mengejar merchandise berbentuk atau bergambar ikon-ikon baru yang sedang trendy (atau sengaja memancing trend). Yang paling laris biasanya kaos, seperti yang dipakai si Ciput... kaos partai. He he he...
 

27 April 2012

Kenangan Emon Grandong


Suatu waktu ketika saya sedang mengganti-ganti saluran televisi mencari acara yang menarik (tapi ndak ketemu...), tiba-tiba saya kangen dengan sandiwara radio yang menjadi idola di sekitar tahun 80 - 90-an. Siapa yang tidak tahu serial "Saur Sepuh" dengan Brama Kumbara dan Mantilinya, "Tutur Tinular" dengan Arya Kamandanu dan Meysin, atau "Misteri Dari Gunung Merapi" yang terkenal dengan Mak Lampir dan setan Grandongnya? Siapa yang tidak tergelak oleh konyolnya tokoh Emon dari serial "Catatan Si Boy" atau terhanyut theme song sandiwara radio "Ibuku Malang, Ibuku Tersayang" ? Masih banyak lagi sandiwara radio yang merajai telinga para pendengar kala itu. "Api Di Bukit Menoreh", "Babad Tanah Leluhur", Dendam Nini Pelet", Butir-Butir Pasir Di Laut", "Mahkota Mayangkara", adalah beberapa contoh lain serial sandiwara yang diputar di radio-radio. Belum lagi sandiwara radio non serial yang tidak kalah menariknya untuk disimak.

Tiap jam tertentu di hari tertentu pula, saya bersama kakak dan adik (kadang tetangga ikut nimbrung) tekun di depan radio. Kadang berseru tegang, berkomentar kesal, mengerut takut ataupun terlongo bingung. Namun tak jarang pula tertawa tergalak-gelak. Esok harinya disambung bersama teman-teman 'membahas' serunya sandiwara radio semalam. Wah, pokoknya seru. 

Cerita-cerita berkualitas yang dihidupi oleh para pengisi suara jempolan membuat para pendengar tak bosan-bosan dan penasaran mengikuti kelanjutan ceritanya. Imajinasi pendengar seakan diaduk-aduk seraya bergerak cepat mengikuti alur ceritanya. Gairah itulah yang sekarang saya kangeni. Kangen dengan suara Ferry Fadly yang berwibawa tapi bisa juga konyol. Lengkingan maut Elly "Mantili" Ermawati, desah menggoda Ivonne "Lasmini" Rose, dan konyolnya "Emon". Tawa kecil dan suara Maria Ontoe yang menentramkan ataupun ringkik dan tawa menakutkan Asriati "Mak Lampir". Para Voice Artist yang dianugerahi suara magis.

Di tengah gempuran sinetron televisi yang hanya mengandalkan imajinasi basi, kering ide, dan melecehkan intelektual para penontonnya, saya sangat sangat merindukan sandiwara radio.

Hmm, omong-omong, ternyata saya juga kangen dengan acara (dan kaset) lawak di radio yang khas dan cerdas seperti Warkop dan Bagito dulu... 


Andreas & Petrus

25 April 2012

CIPUT : SUBSIDI

Ciput, si balita cadel kembali tampil buat anda dengan ide konyol tapi cemerlang, khas anak-anak. Hmm... kali ini apalagi ya, ulahnya? kita simak aja yuuk...


Pernah terjadi di republik ini ketika berbagai macam subsidi digelontorkan pemerintah untuk menyejahterakan rakyat. Walaupun upaya itu tidak berhasil dan subsidi justru dikorupsi.

24 April 2012

CIPUT : GESER DONG

Isu naiknya harga BBM alias Bahan Bakar Minyak memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa. Ini tetap terjadi walaupun BBM (sementara) batal naik. Akibat yang dirasakan Ciput di rumah, antara lain papa-mamanya jadi ribut, he he he... Tapi bukan Ciput namanya kalau ga bisa tetap enjoy.


21 April 2012

Men After Women

Mengapa hampir di seluruh dunia menyetujui pandangan bahwa wanita lebih rendah derajatnya dibanding pria? Bahwa wanita lebih lemah dan pelayan kaum pria? Wanita 'hanya' dianggap pelengkap pria. Mengapa? Apakah alasannya bisa jadi lebih jauh daripada; karena wanita lebih lemah (secara fisik) dan lebih sering mengeluarkan air mata? Apakah karena diceritakan bahwa pada awal mula penciptaan, wanita diciptakan setelah pria sehingga wanita (bisa dan lalu) dianggap lebih rendah daripada pria?

Apakah tidak pernah ada yang menggugat bahwa mungkin sejarah penciptaan manusia tidak seperti itu. Bahwa sesungguhnya Adam (pria) diciptakan setelah Eva/Hawa (wanita). Jika benar demikian, maka bukan tidak mungkin bahwa di kemudian hari wanita dipercaya lebih superior dari pria. bahwa kaum Adam 'hanyalah' pelengkap kaum Hawa yang diciptakan lebih dulu.

Atau... mungkin sebenarnya pria dan wanita diciptakan bersamaan? Langsung keduanya. Tidak ada yang lebih dulu dan tidak ada yang kemudian. Sejak awal, manusia diciptakan bersamaan dan berpasangan sebagai tanda bahwa mereka selayaknya demikian (hidup sederajat) untuk saling membantu dan melengkapi hidup satu sama lain. Bahwa yang satu tidak lebih penting ataupun superior daripada yang lain.

Mustahilkah bahwa sejarah penciptaan manusia sesungguhnya seperti itu? Apakah anda mau percaya dan terima, andai kenyataannya demikian?

(sebuah pikiran liar yang ditangkap di tengah malam yang panas)



Andreas & Petrus


20 April 2012

Cantelan Panci




Cantelan = tempat menggantung

Gejolak akibat isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (dan Tarif Dasar Listrik) baru saja reda setelah kenaikan itu dibatalkan (baca= ditunda) oleh pemerintah. Kita sadar bersama bahwa gejolak itu semata bukan melulu karena kenaikan harga BBM tapi gelombang susulan kenaikan harga barang dan jasa di berbagai sektor sebagai dampak kenaikan BBM itu sendiri yang pada akhirnya akan mencekik rakyat.

Sebenarnya saya malas menyinggung masalah ini karena ini isu rutin dan pasti sudah banyak yang menulis, mengulas, mendiskusikan, memberikan pendapat dan usul solusi. Saya juga percaya, mereka semua orang-orang pintar dan berharap pemerintah mendengarkan mereka -dan rakyat tentunya. Tapi telinga pemerintah itu ibarat sudah jadi sekedar cantelan panci, jadi boro-boro menjalankan saran dan usulan para pakar, didengarkan pun tidak.

Tapi, bagaimana ya? Saya sebal sekali mengamati perilaku masyarakat -termasuk para pejabat pemerintah- yang hanya bisa memprotes kenaikan harga tadi namun tidak berupaya keras untuk menghemat BBM (energi). Entah karena kesadaran masyarakat untuk berhemat energi, kurang atau karena hal lain. Yang jelas, kita, baik pemerintah maupun kebanyakan masyarakat tidak melihat bahwa, saat ini, menghemat energi merupakan aksi mendesak alias urgen!

Sebagai contoh; Kita hanya melihat sedikit iklan televisi ataupun poster berisi ajakan & himbauan untuk menghemat energi. Nah, saya melihat justru inilah masalahnya. Pertama, ya itu tadi, poster ataupun iklan televisi dengan frekwensi tayang sangat minim dan kalah menarik pula dibanding iklan rokok atau motor baru. Kedua, semua itu cuma bersifat ajakan & himbauan tanpa konsep jelas dan langkah kongkrit tersistem, terpadu, untuk melakukan aksi efisiensi dan hemat energi tersebut. Menghemat energi itu ibarat melarang perokok berhenti merokok. Ada aturan dan (ancaman) sanksi saja masih sulit dikendalikan, apalagi cuma dihimbau. Sementara iklan rokok terus mengepung dengan tawaran menarik dan image kuat. Sulit untuk mengajak orang lain mengubah gaya hidup seperti menghemat BBM jika; harga BBM murah (karena disubsidi), beli motor seperti beli kacang goreng (produk luar pula -produk asli Indonesia, mana?), tanpa contoh konkrit dari pemimpinnya, dan tanpa sosialisasi serta edukasi berkualitas kepada seluruh rakyat akan penting & mendesaknya menghemat energi mulai saat ini.

Berapa banyak dari masyarakat, atau setidaknya teman-teman blogger, yang mengetahui fakta bahwa jika 10% warga di Jakarta saja, dalam 1 hari memadamkan listrik selama 1 jam seperti saat Earth Hour, 31 Maret yang lalu, maka energi yang dihemat bisa bermanfaat memenuhi kebutuhan listrik di 900 desa dan menyediakan oksigen bagi 534 orang? Berapa banyak yang mengetahui fakta bahwa posisi standby power peralatan elektronik mengonsumsi kurang lebih 10% dari total penggunaan listrik rumah tangga. Bila dikalikan dengan jumlah konsumen listrik, maka energi yang terbuang percuma kurang lebih sama dengan output dari 18 pembangkit tenaga listrik.

Saya belum berniat mengganti fungsi telinga saya menjadi cantelan panci. Sedikit fakta di atas sudah cukup menyadarkan saya untuk mengubah gaya hidup yang boros energi. Saya, sebagaimana kebanyakan masyarakat, tentunya mendesak pemerintah untuk mengambil langkah & aturan tegas untuk mengantisipasi masalah ini. Namun saya, terlebih lagi berharap kepada seluruh masyarakat Indonesia (dan dunia) untuk berhemat energi. Bukan sekedar untuk mengontrol keuangan kita tapi untuk menjadikannya gaya hidup baru kita. Penggunaan energi yang efisien untuk hidup yang lebih baik.

Sumber: Kopi Merah Putih; obrolan pahit manis Indonesia/Indonesia Anonymous/Gramedia/2009


Andreas & Petrus