19 Juni 2012

NEGERI MALING


Korupsi di Indonesia bukan lagi sekedar tindak pidana,  tapi budaya!
Lebih dari sekedar kejahatan. Korupsi di Indonesia adalah budaya, habit dari tingkat bawah sampai paling atas.

Seharusnya, atau sebaiknya? Status tindak pidana korupsi dinaikkan menjadi tindakan subversif. Membahayakan negara. Perampokan berencana dan besar-besaran  terhadap bangsa dan negara. Mereka yang korup pasti nggak setuju dengan usul ini, setingkat ketidaksadaran mereka betapa parah kerusakan negeri Indonesia.

Negeri paling agamis plus pancasilais, negeri maling!  Saya pasti tergoda juga jadi maling, makanya perlu sistim hukum dan penegakan secara ketat, supaya saya tak jadi pengkhianat berikutnya.

Tak ada gunanya memperlunak kenyataan. Ini serius!  Terlalu banya aspek bangsa Indonesia telah lama rusak.

Ini bukan pesisimis dan juga bukan apriori, ini kekagetan yang seharusnya membangkitkan kesadaran banyak orang dan mengambil tindakan segera.


(Andreas Petrus)

25 Mei 2012

Komitmen

Apakah anda pernah menonton acara-acara TV seperti Kick Andy!, Oprah Winfrey, Extreme Places To Go Green, dan sejenisnya? Kalau ya, pasti anda pernah melihat ataupun menjumpai dalam hidup anda, orang-orang berkomitmen tinggi. Mereka yang tidak hanya mempunyai mimpi besar, tapi sekaligus berkomitmen dalam menjaga bahkan mewujudkan mimpi itu.

Seorang Anilawati Nurwakhidin rela 'menyusahkan' dirinya demi memegang komitmen untuk menjaga lingkungan hidup dengan mengurangi sampah plastik. Beberapa contoh tindakan 'konyol' yang ia lakukan adalah membeli minuman tanpa sedotan plastik, membawa tas belanja pribadi dari rumah, dan membawa bekal minuman alih-alih beli minuman (dan membuang) gelas atau botol plastik (pantangan ini berlaku bahkan saat ia sedang menghadiri pesta hajatan!)

Komitmen kuat menjaga lingkungan hidup juga dimiliki oleh seorang anak bernama Severn Cullis-Suzuki. Saat ia berusia 9 tahun, ia bersama beberapa temannya mendirikan Enviromental Children's Organization (ECO), sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak-anak lain mengenai masalah lingkungan. Pada usia 12 tahun, pidatonya membungkam para pemimpin dunia, di tengah Konferensi Lingkungan Hidup PBB (Earth Summit) di Rio de Janeiro tahun 1992. 

Lain halnya dengan Anies Baswedan. Komitmennya pada dunia pendidikan Indonesia ia wujud-tularkan kepada para pemuda-pemudi Indonesia lewat program Gerakan Indonesia Mengajar. Melalui program tersebut, ia menantang orang muda negeri ini untuk terjun mengajar para tunas bangsa di pelosok-pelosok tanah air. Mereka yang terpilih adalah yang berkomitmen kuat untuk terjun, bergelut dengan resiko ketidakpastian, ketidakmapanan, ketidakamanan, demi menjaga semangat dan mimpi anak-anak negeri ini. Demi memenuhi hak pendidikan anak-anak di seluruh pelosok tanah air. Tanpa pamrih.

Komitmen jujur dan tulus bukan berarti tanpa halangan. Apalagi di jaman sekarang, jaman di mana tanpa sungkan, manusia menuntut manusia lain untuk menyimpang dari kejujuran dan ketulusan, seperti dialami bocah Muhammad Abrari Pulungan ataupun Nur Hidayatusholihah yang akrab disapa Nunung, seorang siswa SMU Muhammadiyah 1 Kalirejo, Lampung Tengah, yang menolak menggunakan kunci jawaban yang diberikan gurunya 1 hari sebelum Ujian Nasional. Nunung bersikeras tetap jujur meski konsekwensinya, ia harus berkali-kali gagal lulus Ujian Nasional. Sedangkan konsekwensi dari komitmen jujur bocah Abrar adalah dikeluarkan dari sekolah serta dijauhi oleh para guru dan teman-temannya.

Komitmen sebagaimana halnya agama, adalah sakral. Semakin tinggi nilai atau tanggung jawab dari komitmen itu, semakin sakral ia. Menjaga komitmen berarti menjaga keyakinan kita. Menjaga janji kita. Bagaimana kita menjaga keyakinan dan janji itu sekuat tenaga, sepenuh hati, segenap jiwa raga. Itulah yang membuatnya sakral. Dan jika kita meninggikan komitmen, ia juga akan meninggikan kita.

Kesakralan komitmen serta kesungguhan dan keikhlasan dalam menjaganya, akan membantu kita menuju kesejatian sebagai manusia yang diciptakan secitra dengan Dia. Karena Dia, pencipta kita, tidak pernah melanggar komitmennya sendiri.


Andreas & Petrus