04 November 2009

Sepakan Telak Wakil Rakyat Untuk Rakyat!

2 Karikatur dalam Seri Karikatur Negeri 2 adalah mengenai wakil-wakil rakyat di DPR/MPR dan Kabinet Indonesia Bersatu II. Saya berharap, kenyataan aksi para wakil kita di lapangan tidak seperti karikatur yang saya buat. Bisa ditebak ending-nya jika para wakil kita (lagi-lagi) hanya mementingkan diri atau golongannya sendiri.
wakil rakyat, DPR MPR
Lalu, karikatur yang kedua ini, ha ha ha... Saya tidak menyangka, Pak SBY punya selera humor yang sangat tinggi! Atau jangan-jangan dia tidak bercanda... (Nah loh!). Rencana kenaikan gaji Presiden, para Menteri, dan pejabat setingkat Menteri itu loh... (jangan-jangan yang di DPR/MPR juga ikut minta)
Dengan alasan bertahun-tahun tidak naik, trus sekarang mau dinaikan? Terkesan wajar sih, dan meskipun sudah diembel-embeli pernyataan bahwa APBN 2010 tidak terbeban dengan kenaikan gaji ini, tapi kok tetap saja... ga banget deeeh!

Naik gaji itu, pertimbangannya hanya sebatas rutinitas saja ya? Tiap tahun, tiap 2 tahun, dsb. Kalau PNS ataupun pegawai swasta dengan gaji pas-pasan tiap bulannya minta naik gaji, saya kira masih wajar tiap tahun naik gaji. Itupun biasanya diikuti kenaikan harga barang & kebutuhan pokok. Nah, kalau Menteri yang gaji plus tunjangan plus fasilitasnya sudah mencapai minimal 20 juta perbulan, apa masih kurang? Ya, jelas kuranglah, namanya juga manusia, tidak pernah merasa cukup apalagi kalau masih ada kesempatan di depan mata.

Bagaimana dengan pertimbangan moral, nurani, apakah masih pantas? Bandingkan dengan hak & kepantasan yang diterima para pahlawan negeri ini yang berjuang di jaman merebut kemerdekaan dulu. Apakah TIAP mereka, TIAP keluarga mereka, sudah mendapatkan hak & kepantasannya hingga kini? Apakah para nelayan & petani Indonesia yang bekerja keras bertahun-tahun untuk memberi makan bangsa ini, sudah mendapatkan hak & kepantasannya? Sudahkah para pejuang lingkungan hidup di daerah-daerah terpencil & kemanusiaan negeri ini mendapat kepantasannya?

Kalau kita yang buruh ini, dipotong gajinya karena terlambat masuk kerja, tidak mendapat uang kerajinan karena dinilai tidak berprestasi, & masih banyak yang membiayai sendiri kesehatan mereka, apakah aturan yang sama berlaku bagi Presiden, para Menteri & Wakil rakyat yang sesungguhnya mengabdi pada rakyat?
Semoga ini hanya guyonan Pak SBY, buat rakyatnya yang masih trauma oleh gempa beruntun.

wakil rakyat, DPR MPR, menteri RI, kabinet indonesia bersatu

Karikatur Negeri

Ah, akhirnya bisa posting lagi setelah melewati hari-hari yang sibuk. Meski tidak sempat menulis, saya membuat beberapa coretan tentang beberapa kejadian yang sedang dan masih berlangsung di negeri tercinta ini. Saya bagi 3 postingan saja ya supaya tidak terlalu berat loadingnya, he he he...

Karikatur pertama tentang 15 janji yang dicanangkan Presiden SBY sejak ia berkampanye. Antara lain ;
pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
tingkat kemiskinan & pengangguran turun (Horee!!),
peningkatan pendidikan (mudah-mudahan yang meningkat mutunya, bukan biayanya!),
melanjutkan pengobatan gratis bagi yang tidak mampu (memang selama ini sudah berjalan ya? aksinya atau slogannya nih? he he he).
Lalu, meningkatkan swasembada pangan (berarti, seharusnya petani & nelayan Indonesia menjadi makmur toh? Setidaknya ndak punya utanglah),
penambahan energi daya listrik secara nasional dan BBM terbarukan (serius nih? PLN kayaknya lagi hobi matiin listrik tuh. Gas juga hobinya ngilang -ini gas atau tuyul sih?),
pemerataan pembangunan infrastruktur,
peningkatan pembangunan rumah rakyat (asal jangan diimbangi dengan penggusurannya),
pemeliharaan lingkungan terus ditingkatkan (termasuk menertibkan pembalak hutan liar yang dibeking pejabat lho, Pak!).
Hmm, garis bawahi juga yang ini; meningkatkan pertahanan dan keamanan,
reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi terus ditingkatkan,
otonomi daerah dan pemerataan daerah ditingkatkan, demokrasi dan penghormatan terhadap HAM makin ditingkatkan dan meningkatkan peran Indonesia makin ditingkatkan di dunia internasional.

15 janji presiden, SBY, Susilo Bambang Yudhoyono, target pemerintah



20 Oktober 2009

Kultus

bagaikan babi buta
aku memujamu


Kultus itu pendewaan terhadap sesuatu. Mengkultuskan orang berarti mendewa-dewakan orang. Anda bisa amati sejarah dan zaman, berderet nama di dunia telah jadi kultus, jadi dewa. Di negeri kita yang berantakan namun tetap kucinta juga banyak orang dikultuskan. Tokoh politik, seniman (artis dan group band) pemimpin agama...

Sebagai contoh saya mau cerita tentang orang Indonesia yang dikultuskan banyak orang. Namanya tidak usah kusebut, soalnya nanti pengikutnya kalau tersinggung bisa ngamuk, he he he he…… Bukan karena saya takut, tapi males ribut. Dan juga, saya termasuk pengagum tokoh ini, meski pantang buat saya mendewa-dewakan dia.

Bagi banyak orang dia itu pinter banget (bagiku dia nggak pinter banget, tapi pinter aja),menguasai banyak bahasa. Pengikutnya puluhan juta, prestasinya mengagumkan, terkenal seluruh jagat, gaya bicaranya menarik dia lucu seperti saya, suka bikin orang terpingkal-pingkal, dia suka nyleneh, biang kontroversi, tak pernah kekurangan pendukung. Bagi pemujanya dia dibilang jenius dan sakti (punya pasukan jin kali ye….. he he he ). Dia orangnya baik budi, tidak sombong, rajin menabung. (yang ini nggak nyambung… he he he)

Tokoh ini sungguh ideal, Bukan salah dia dikultuskan, Apakah dia menikmati pendewaan terhadapnya atau tidak saya tidak tahu… Salah atau benar pengikutnya rela dan siap mati untuknya! Bukan main!

Dulu saya secara konyol juga memujanya tapi kemudian saya bertobat. Gara-garanya ketemu dia 2 kali. Yang pertama dengar pidatonya yang saya tunggu-tunggu, tapi tiba-tiba dia ngelantur jadi saya kecewa. Yang kedua saya ditugasi wawancara dengan beliau, petanyaan saya dan jawaban dia nggak nyambung jadi saya kesal. Ah, ini mah bukan dewa! Ini adalah manusia yang suka makan nasi dan menghasilkan tai.

Sehebat apapun dia kata orang, dia tak punyak hikmat yang datang dari Rohkul Qudus dia adalah manusia biasa. Anehnya, manusia itu makhluk ciptaan paling sempurna, sekaligus selama masih manusia dia pasti punya kelemahan.

Siapakah dia? Itu nggak penting, “dia” itu bisa siapa saja. Yang penting mengagumi dan memuja itu boleh dan kita berhak. Tapi ya sewajarnya ajalah… Mestinya proporsional.
Sampai sekarang saya tetap mencintai dia dengan rasa hormat yang tulus, tapi saya tidak mau membabibuta.


Andreas & Petrus