09 April 2011

ATAS NAMA ...

Atas nama bangsa Indonesia..... Soekarno...Hatta...
demikian penggalan terakhir dari isi Proklamasi yang dibacakan oleh Presiden Republik Indonesia I, Ir. Soekarno, 65 tahun 4 bulan 8 hari yang lalu.

Lengkap amat... Ga sekalian jam, menit dan detiknya, Oom?

Suka-suka guelah. Ini kan blog gue. He he he...

Terserah lu dah. Lanjut...

Jadi, karena desakan para pemuda pejuang kemerdekaan pada waktu itu yang memberanikan diri mengatasnamakan RAKYAT, mendesak Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta, menjadi pemimpin bangsa dan segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Lalu Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia, memproklamirkan kemerdekaan Indonesia kepada dunia...

Hmmm... Lalu...

Nah, pengatasnamaan RAKYAT di sini, baik oleh pemuda pejuang maupun oleh Soekarno & Hatta, menurut gue sangat bisa diterima karena saat itu seluruh rakyat Indonesia memang sedang dijajah dan sangat merindukan kemerdekaan. Tanpa diadakan survey pembuktian sekalipun, perjuangan hingga titik darah penghabisan telah menjadi tanda jelas. Sampai saat ini pula, tidak ada satu orang Indonesiapun yang menolak klaim Soekarno & Hatta.

Oke, itu sudah jelas buat gue. Sekarang yang belum jelas adalah in...ti...nya... Apa intinya?

Nah, demi mencapai nafsu dan ambisi kotor, ternyata label "Atas Nama..." seringkali dijadikan senjata yang terbukti ampuh. Ya, ampuh! Banyak tindakan ilegal kalau diberi label "Atas Nama..." ini, bisa menjadi legal. Haa!

Bagaimana mungkin?


"Atas Nama..." seringkali dijadikan topeng dan disalahgunakan untuk mencapai maksud-maksud kotor tadi.

Contohnya...?

Yang sudah-sudah saja dan bukan merupakan kebohongan tabu lagi yaitu jargon hebat partai politik dengan segala bentuknya termasuk metamorfosisnya menjadi fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat. Berteriak dari rakyat, untuk rakyat dan demi rakyat untuk menarik simpati. Sebagai kupu-kupu di gedung DPR, teriaknya lebih anggun dan hebat lagi, "Atas nama rakyat!", padahal....

Lebih memusingkan dinding yang sedikit retak dan buru-buru mengajukan proposal 'renovasi' gedung dengan anggaran trilyunan rupiah dibanding merenovasi atau membangun gedung-gedung sekolah yang sudah sangat tidak layak pakai...
tul... pemimpinnya meng-"atasnamakan" rakyat tapi kok kalau menyangkut urusan citra diri, urusan rakyat harus mengalah. Katanya "Atas nama rakyat" tapi ditegur rakyatnya kok malah membentengi diri bahkan lebih ngotot! Ada lagi yang memakai stempel tadi justru untuk mengeruk kekayaan rakyatnya demi kekayaan pribadi dan kroni-kroninya. Tinggal diberi label "Pembangunan Demi Kemakmuran Rakyat", maka semuanya, aman!

Wah, itu sih chasingnya saja yang "Atas nama rakyat", padahal isinya "Atas nama duit",
"Atas nama Golongan", "Atas nama Kekuasaan", "Atas nama Seks", "Atas nama Popularitas"...


Jiaahhh..."Atas nama Agama" bahkan "Atas nama Tuhan" saja legal dipakai untuk urusan membunuh! Dari jamannya perang salib sampai bom-boman lalu di negara kita. Perang vietnam, perang teluk, tragedi WTC 9/11 menjadi legalitas dari pengatasnamaan "Kebenaran dan Keadilan". Bukti bahwa stempel "Atas Nama..." menjadi jargon ampuh bahkan untuk melegalkan kejahatan.

Kirain "Atas nama Cinta" saja orang nekat membunuh dan dibunuh...

"Atas nama Cinta dan Sayang", seorang lelaki bisa membuat wanita rela melakukan apa saja, termasuk diperawani tanpa dinikahi, dimadu, bahkan merampok bank dan seorang ayah keji menghamili anak perempuannya.
"Atas nama Persaudaraan dan Persahabatan" banyak pelajar senior memukuli yuniornya ataupun melakukan tawuran.
"Atas nama Pendidikan", banyak orang & lembaga mensejahterakan dirinya sendiri.
"Atas nama Ketaatan dan Kemurnian" tidak sedikit pemuka agama melakukan pelecehan seksual kepada anak didiknya.
"Atas nama Dedikasi dan Tanggung Jawab", seorang Nurdin berlagak raja dan berkeras tidak mau turun tahta bahkan tetap 'rela memimpin' meski di dalam bui.

Topeng-topeng yang mengatasnamakan kebaikan.


Andreas & Petrus 

Tidak ada komentar: