kudekap tubuhmu erat mesra
kucari hatimu di mana?
Seorang teman pernah bercerita dengan semangat berkobar, ia yakin berita itu benar, alasannya ditayangkan di TV! “orang disiarin di tv koq, pasti benarlah…” katanya sambil ngotot. Dia tetap bersiteguh ketika saya bilang apa yang ditampilkan di tv bukan jaminan kebenaran. Ya udahlah, kalau ketemu makhluk semacam ini saya bilang dalam hati…, yang waras ngalah…..
Semakin banyak alat komunikasi, kian terbuka suatu keadaan dimana berkomunikasi jadi tidak mudah. Demikian juga soal informasi, terlalu banyak info diwartakan, kadang dan sering terjadi kebenaran rancu... bisa terjadi orang bingung tak tahu kepada siapa mesti percaya.
Mereka yang mengetahui psikologi massa tahu benar mengolah situasi untuk mewujudkan suatu kepentingan. Sebuah berita dikabarkan, mengandung kebenaran tapi hanya sepotong kebenaran, tidak utuh atau dikondisikan tidak lengkap. Terus kebenaran tidak sempurna itu diyakini, dijadikan dasar orang-orang untuk ambil kesimpulan bahkan keputusan! Runyam jadinya...
Biasanya bila sebuah kasus besar terjadi situasi publik jadi memanas, pihak-pihak tertentu sering mengalihkan perhatian dengan berita heboh lainnya. Ketika masyarakat fokus pada kasus Century, media menyodorkan berita teroris, disusul berita soal makelar kasus, tentang Gayus Tambunan, tentang kehidupan cinta selebritis…. Kasus kecil dibesar-besarkan atau sebaliknya. Pokoknya publik bingung kronologinya, kasusnya kabur.
Gaya atau model seperti ini sudah sejak dulu dipraktekkan oleh badut-badut politik di Indonesia. Hati masyarakat mengambang bagai tahi di kali. Tiada jaminan semua berita itu bohong atau benar.
Terjadilah krisis…. Dalam keadaan krisis dan kritis terbuka kesempatan luas untuk ambil keuntungan. Bisa positif atau negatif. Kesempatan dalam kesempitan, Kecepatan dalam kecepitan. Bisa memancing di air keruh atau ambil hikmah dibalik bencana.
Itu gambaran umum, dalam tingkat pribadi, kau bisa kencan dengan kekasihmu dan mencapai orgasme…. Kau raba dadanya tapi tidak hatinya… keterbatasanmu tak bisa baca hati orang sekalipun orang tercinta.. selanjutnya kau genggam sebuah kebenaran meski hanya sepotong.
Andreas & Petrus
12 April 2010
16 Februari 2010
P O L I S I
Images by: Clker Free Vector, OpenClipart, & Gerd Altmann on Pixabay edit by: petruspetu |
Mereka bisa tentukan diri mereka,
mau jadi apa
Pahlawan atau bajingan adalah pilihan
Menurut rencana dan secara idealis polisi diciptakan untuk menjadi pelindung/pengayom masyarakat. Mereka punya hak dan kewajiban sebagai alat Negara. Artinya beberapa hak itu telah memungkinkan mereka jadi penyidik, investigasi, menangkap, menahan, dan membawa orang ke pengadilan, dll. Melawan mereka bisa dianggap melawan negara.
Dengan keleluasaan gerak semacam itu polisi berpeluang jadi pahlawan atau bajingan, tergantung moral polisinya.
read more on Karyakarsa.com/Jalahati
>>>Jadilah pendukung Jalahati dengan membaca, membeli karya, dan berdonasi di Karyakarsa.com/Jalahati<<<
>>>Jadilah pendukung Jalahati dengan membaca, membeli karya, dan berdonasi di Karyakarsa.com/Jalahati<<<
>>>Jadilah pendukung Jalahati dengan membaca, membeli karya, dan berdonasi di Karyakarsa.com/Jalahati<<<
Langganan:
Postingan (Atom)