Beberapa waktu lalu, dalam waktu yang berdekatan, saya dijadikan tempat curhat oleh 2 orang teman. Mereka datang dengan bongkahan-bongkahan rasa kesal dan gondok besar di leher yang untungnya tidak kasat mata. Setengah curhat, mata mereka berkaca-kaca menahan sedih, kecewa, kesal, marah. Campur-campur seperti sop buah maja. Pahit!
Inti curhatnya sama. Mereka merasa tidak dianggap alias disepelekan walaupun selama ini mereka banyak mengorbankan waktu, tenaga, perhatian (mungkin juga uang). Mereka juga merasa sudah dilecehkankan dan terluka oleh kata-kata orang-orang di komunitasnya. Semua berakibat kedua teman saya ini mutung alias ngambek dan mengambil langkah yang sama. Menjauhi komunitas yang telah melukai mereka.
Manusia memang sejatinya adalah makhluk sosial. Bahkan yang autis pun butuh perhatian dan berkomunikasi. Secara alami, setiap orang akan mencari orang lain atau suatu komunitas untuk bersosialisasi. Apalagi jaman sekarang. Dunia sosial di jagad maya sudah begitu riuh dan bisa menjembatani relasi antar manusia. Lewat dunia maya internet, manusia merasa makin terhubung satu sama lain, bisa selama 24 jam nonstop. Jangan heran (walaupun saya sendiri masih terheran-heran) jika melihat orang yang seakan ga bisa melepaskan pandangannya dari layar gadget. Tangannya pun selalu sibuk, bukan sibuk bekerja atau menggandeng tangan pacarnya, tapi sibuk ngetik gadget. Gadget pacarnya… he he he…
Dunia sosial yang dipenuhi oleh benang-benang relasi antar manusia bukan hanya (alat/sarana) penting bagi manusia (kita) tapi itu adalah kita sendiri (society). Sehingga penting dan perlu (bahkan harus) dijaga. Ketika benang itu dirusak atau putus maka akan berdampak pada kita/masyarakat, secara langsung ataupun tidak. Oleh karenanya kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat –apalagi di depan/ruang publik- (yang seringkali terlalu diagung-agungkan dan juga disalahgunakan), harus tetap memperhatikan etika. Karena walaupun kebebasan adalah hak pribadi, komunikasi bisa disampaikan dengan berbagai media, cara, dan diantar dengan niat baik namun targetnya adalah sama; kepada manusia (atau manusia-manusia) lain. Oleh karenanya, di atas itu semua, kemanusiaan dan martabat manusialah yang harus tetap dijunjung tinggi. Dengan berpegang pada prinsip itu, komunikasi, relasi, bisa tetap terjalin santun dan bermartabat. Karena hal itu yang membuat kita tetap menjadi manusia, yang diciptakan secitra dengan Dia.
03 September 2015
18 Agustus 2015
SINAR JIWA (saduran bebas lagu The Beatles: INNERLIGHT)
Without going out of
my door,
I can know all things
of earth
Without looking out of
my window
I could know the ways
of heaven
The farther one
travels, the less one knows
The less one really
knows
Tanpa keluar dari pintu ,
Aku bisa tahu semua hal di bumi
Tanpa melihat keluar dari jendela
Aku bisa mengetahui jalan-jalan
surga
Sesuatu yang
lebih jauh dari semua perjalanan
Sedikit orang
yang tau
Semakin sedikit orang yang benar-benar menyadari
Without going out of
your door
You can know all
things on earth
Without looking out of
your window
You could know the
ways of heaven
The farther one
travels, the less one knows
The less one really
knows
Tanpa keluar dari pintu Anda
Anda dapat mengetahui segala sesuatu di bumi
Tanpa melihat keluar dari jendela
Anda bisa mengetahui cara surga
Sedikit orang
yang tau
Semakin sedikit yang benar-benar menyadari
Arrive without
traveling,
see all without
looking
Do all without doing
Tiba tanpa bepergian ,
Menyaksikan
semua tanpa melihat
Mengerjakan
semua tanpa melakukan
01 Agustus 2015
BATU CINCIN DAN KEKASIH TOLOL
Sepasang pria wanita berjalan menuju warung tenda di lokasi wisata kuliner. Tak lama mereka duduk si wanita lihat daftar menu, sementara si pria mengeluarkan amplas terus mulai menggosok batu cincin dengan khusyuk. Rupanya bukan cuma berdoa yang bisa disebut khusyuk.
"Pesen makan apa?" Tanya si wanita.
"Apa aja" jawab si pria sambil terus gosok batu cincin.
"Minumnya?!" Wanitanya bertanya lagi.
"Terserah...." kata pria sambil tetap gosok batu cincin.
"Apa aja" jawab si pria sambil terus gosok batu cincin.
"Minumnya?!" Wanitanya bertanya lagi.
"Terserah...." kata pria sambil tetap gosok batu cincin.
Si wanita mulai
cemberut. Dia tipe perempuan NAKLIH NAKNDANG (enak dilihat, enak
dipandang), tapi (mungkin) nggak enak untuk dinikahi. Sementara si pria
nampak cerdas walau kumel.
"Aku mau ngomong
sesuatu...simpan dulu cincinmu itu!" Suara si wanita meninggi. Lakinya
kalem njawab: "Ngomong aja, aku dengerin koq." Sahut pria itu sambil
terus menggosok batu cincin. Tiba-tiba wanitanya berdiri, rebut cincin
terus dibanting ke tanah! "Kamu lebih mementingkan batu sialan ini
daripada aku! Dasar laki-laki goblog" Teriaknya terus berlari menjauh
sambil menangis (mungkin dengan air mata buaya). Si pria tidak ngejar
malah sibuk cari cincin yang dibuang ceweknya. Begitu ketemu wajahnya
nampak bahagia. Orang-orang sekitar melihat adegan mirip sinetron itu dg
berbagai macam reaksi. Konon karena kejadian ini hubungan asmara mereka
putus.
Nah, sampai di sini
Anda sudah bisa menebak akhir cerita karena saya bukan pengarang atau
penulis yang hebat sehingga akhir cerita sudah bisa ditebak. TAK ADA
KEJUTAN DI AKHIR CERITA. Ini cuma salah satu cerita dari banyaknya kisah
demam "batu" di jaman modern ini. Seolah-olah jaman yang sudah modern
ini dibawa kembali ke jaman batu. Anda punya cerita juga dan mau
menceritakan?
Kalo Anda suka batu
nggak? Tertarik dengan seluk-beluk seni batu? Kalau saya (walau Anda
nggak nanya) mau kasih tau kalo saya nggak tertarik sama sekali dengan
hobi batu yg sedang trend. Karena saya dari dulu dijuluki "si kepala
batu" dan hati sayapun sudah membatu.
Akhir cerita beberapa
minggu kemudian pria penggosok batu tadi berkunjung ke tempat ceweknya,
si cakep yang kalo lagi ngambek senyumnya nampak sinis dan kejam. Si
pria berupaya ajak rujuk kekasihnya.
"Batu yang kamu banting waktu itu kujual laku 2 juta. Nih duwitnya buat kamu semua...." kata si pria.
Tangan wanita itu
setengah merebut menerima uang... mulutnya berteriak: "kenapa kamu gosok
cincin cuma satu biji? Coba kamu gosok batu cincin 5 biji, kan kita
dapet 10 juta! Dasar laki-laki goblog!"
Langganan:
Postingan (Atom)