25 Mei 2012

Komitmen

Apakah anda pernah menonton acara-acara TV seperti Kick Andy!, Oprah Winfrey, Extreme Places To Go Green, dan sejenisnya? Kalau ya, pasti anda pernah melihat ataupun menjumpai dalam hidup anda, orang-orang berkomitmen tinggi. Mereka yang tidak hanya mempunyai mimpi besar, tapi sekaligus berkomitmen dalam menjaga bahkan mewujudkan mimpi itu.

Seorang Anilawati Nurwakhidin rela 'menyusahkan' dirinya demi memegang komitmen untuk menjaga lingkungan hidup dengan mengurangi sampah plastik. Beberapa contoh tindakan 'konyol' yang ia lakukan adalah membeli minuman tanpa sedotan plastik, membawa tas belanja pribadi dari rumah, dan membawa bekal minuman alih-alih beli minuman (dan membuang) gelas atau botol plastik (pantangan ini berlaku bahkan saat ia sedang menghadiri pesta hajatan!)

Komitmen kuat menjaga lingkungan hidup juga dimiliki oleh seorang anak bernama Severn Cullis-Suzuki. Saat ia berusia 9 tahun, ia bersama beberapa temannya mendirikan Enviromental Children's Organization (ECO), sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak-anak lain mengenai masalah lingkungan. Pada usia 12 tahun, pidatonya membungkam para pemimpin dunia, di tengah Konferensi Lingkungan Hidup PBB (Earth Summit) di Rio de Janeiro tahun 1992. 

Lain halnya dengan Anies Baswedan. Komitmennya pada dunia pendidikan Indonesia ia wujud-tularkan kepada para pemuda-pemudi Indonesia lewat program Gerakan Indonesia Mengajar. Melalui program tersebut, ia menantang orang muda negeri ini untuk terjun mengajar para tunas bangsa di pelosok-pelosok tanah air. Mereka yang terpilih adalah yang berkomitmen kuat untuk terjun, bergelut dengan resiko ketidakpastian, ketidakmapanan, ketidakamanan, demi menjaga semangat dan mimpi anak-anak negeri ini. Demi memenuhi hak pendidikan anak-anak di seluruh pelosok tanah air. Tanpa pamrih.

Komitmen jujur dan tulus bukan berarti tanpa halangan. Apalagi di jaman sekarang, jaman di mana tanpa sungkan, manusia menuntut manusia lain untuk menyimpang dari kejujuran dan ketulusan, seperti dialami bocah Muhammad Abrari Pulungan ataupun Nur Hidayatusholihah yang akrab disapa Nunung, seorang siswa SMU Muhammadiyah 1 Kalirejo, Lampung Tengah, yang menolak menggunakan kunci jawaban yang diberikan gurunya 1 hari sebelum Ujian Nasional. Nunung bersikeras tetap jujur meski konsekwensinya, ia harus berkali-kali gagal lulus Ujian Nasional. Sedangkan konsekwensi dari komitmen jujur bocah Abrar adalah dikeluarkan dari sekolah serta dijauhi oleh para guru dan teman-temannya.

Komitmen sebagaimana halnya agama, adalah sakral. Semakin tinggi nilai atau tanggung jawab dari komitmen itu, semakin sakral ia. Menjaga komitmen berarti menjaga keyakinan kita. Menjaga janji kita. Bagaimana kita menjaga keyakinan dan janji itu sekuat tenaga, sepenuh hati, segenap jiwa raga. Itulah yang membuatnya sakral. Dan jika kita meninggikan komitmen, ia juga akan meninggikan kita.

Kesakralan komitmen serta kesungguhan dan keikhlasan dalam menjaganya, akan membantu kita menuju kesejatian sebagai manusia yang diciptakan secitra dengan Dia. Karena Dia, pencipta kita, tidak pernah melanggar komitmennya sendiri.


Andreas & Petrus

20 Mei 2012

Could It Be, Raisa

 
Anda mungkin sudah tahu Raisa Andriani atau lebih dikenal dengan Raisa, pelantun tembang "Serba Salah"," Could It Be", atau" Apalah (Arti Menunggu)". Wajah baru di dunia musik Indonesia yang juga didaulat menjadi bintang pariwara salah satu merk shampoo terkenal. Saya termasuk yang terlambat menyadari kehadirannya. Saya tahu Raisa lebih dulu sebagai model iklan Shampoo. Di iklan tersebut disebut; Raisa, penyanyi. Penyanyi di mana dan kayak apa? Begitu pikir saya. Apakah mungkin alumnus Idol (Indonesian Idol) atau ajang kontes nyanyi sejenis? Tapi kok... namanya bukan Raisa Idol, Raisa KDI, atau lainnya. Raisa aja tanpa emblem apa-apa... Dari sinilah saya mulai mencari tahu dan begitu tahu... saya langsung klepek-klepek alis jatuh cinta. Uhuy!

Bagi saya kehadiran Raisa di blantika musik Indonesia -sejak setahun lalu- sangatlah menyejukkan. Ga terdengar atau terlihat di ajang-ajang pencarian bakat yang marak dan tayang di televisi, tiba-tiba muncul dengan aura superstar yang kuat namun anggun. Kehadirannya (dan kualitas musikalnya) seperti Afgan ketika muncul pertama kali. Tiba-tiba muncul, mengejutkan karena kualitas musik di atas rata-rata, lalu meroket karena aura bintang yang ia miliki. Banyak penyanyi senior, antara lain Armand Maulana, yang angkat jempol tinggi-tinggi namun sekaligus 'bingung' dengan Afgan. "Ini anak ajaib muncul tiba-tiba dari mana sih?" atau "Lo ke mana aja sih selama ini?", begitu kelakarnya. Raisa yang pernah tampil di ajang bergengsi Java Jazz Festival dan Java Soulnation Festival 2011 ini banyak terpengaruh oleh Brian McKnight, JoJo, Joss Stone, Alicia Keys, Mariah Carey sampai Whitney Houston ini.

Kesuksesan ini didorong oleh keberanian tiga musisi muda Indonesia dalam melepas warna berbeda, di luar tren saat ini. Asta Andoko (personil band RAN), Ramadhan Handy, dan Adrianto Ario Seto (keduanya personil band Soulvibe) sukses memproduseri album perdana Raisa yang bertajuk "Raisa (Self Titled)".


Menyejukkan. Di tengah kepungan trend Boyband dan Girlband ala K-Pop atau Band-band 'Melayu', muncul Raisa dengan suara yang merdu dan empuk, groovy, lagu & liriknya pun berkelas, dan tentu saja, enak banget melihat Raisa bernyanyi. Jangan salah, saya ga anti dengan band atau lagu Melayu. Saya hanya tidak suka band dan lagu yang jelek. Boyband atau Girlband karbitanpun silakan tapi jangan asal. Saya apalagi tidak suka jika ada yang mengatakan lagu Melayu (termasuk Dangdut) 'lebih Indonesia'. Buat saya itu hanya bahasa industri atau bahasa dagang supaya lagu (atau band) Melayu laku di pasaran. Ingat, musik adalah bahasa universal, bung!

Saya teringat, dulu Norah Jones juga membawa angin segar di blantika musik mancanegara pada tahun 2000-an. Ia mengusung musik yang jazzy di tengah trend musik 'ramai' di kala itu. Tahun 2003, album perdananya "Come Away With Me" yang antara lain berisi tembang "Don't Know Why", "Turn Me On", dan "Come Away With Me" sukses diganjar 5 Grammy Awards dan berbagai penghargaan bergengsi lainnya. Album kelimanya "Little Broken Hearts" baru saja rilis awal Mei 2012. Hingga kini albumnya terjual lebih dari 40 juta kopi di seluruh dunia.

Saya tidak ingin membandingkan Raisa dengan Afgan atau Norah Jones atau artis lainnya. Saya hanya bahagia dengan kehadiran Raisa. Tentu, saya ingin Raisa bisa berprestasi seperti mereka, diakui (kalau bisa sampai mancanegara seperti Anggun atau Agnes Monica), dan meraih sukses panjang. Jarang banget loh artis atau penyanyi solo wanita Indonesia yang eksis panjang seperti Vina Panduwinata, Waljinah atau Titiek Puspa. Jadi, mengapa Raisa tidak...





(petrus petoe 2012)

19 Mei 2012

Membidik Sekolah Bermutu


Kalau biaya untuk bersekolah di sekolah bermutu saja tidak terjangkau, bagaimana mungkin pendidikan bermutu bisa tercapai?